Ketua BEM UGM: Aneh Menyebut Prabowo Gemoy, Padahal Terlibat Penculikan ‘98

Berita Baru, Jogja – Ketua BEM UGM, Gielbran Muhammad Noor heran dengan masyarakat yang menganggap Prabowo Subianto sebagai sosok yang gemoy padahal terlibat dalam penculikan di masa reformasi tahun 1998.

“Salah satu kegagalan demokrasi adalah para pemainnya orang itu-itu saja. Bahkan setelah reformasi, beberapa orang, seperti Prabowo dinyatakan bersalah. Tapi setelah itu tidak ada persidangan. Dan banyak masyarakat hari ini yang mengelu-elukan sebagai orang gemoy,” jelasnya pada Kamis (27/12).

Dalam forum yang bertajuk “Senjakala Demokrasi Indonesia” yang diadakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga di salah satu warung kopi Jogja, Ketua BEM UGM tersebut turut mengapresiasi strategi tim kampanye Capres-Cawapres bernomor urut 02 yang mampu merubah image Prabowo.

“Ini juga menjadi bukti keberhasilan tim kampanyenya yang merubah Prabowo memiliki image gemoy, padahal dia orang terlibat dalam penculikan di masa reformasi.”

Bagi Gilebran, kualitas demokrasi di Indonesia harus terus diperjuangkan. Bahkan harus dilawan jika ada upaya-upaya curang seperti politik uang atau pelibatan sarana prasarana negara untuk mendukung salah satu paslon.

“Mestinya, demokrasi itu diperjuangkan untuk menjadi baik. Jadi, apapun yang menurunkan kualitas demokrasi mesti dilawan, apapun upayanya. Penurunan kualitas demokrasi seperti pelibatan negara yang harusnya tidak berpolitik praktis malah terlibat, politik uang, termasuk sebenarnya yang paling penting adalah edukasi politik.”

“Forum-forum seperti ini kan hanya ada di mahasiswa. Jika diupayakan hingga ke akar rumput, maka kualitas demokrasinya akan semakin bagus,” tutupnya.