Ketidakjelasan Ekonomi Inggris, Karena Krisis Brexit
Berita Baru, Internasional – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, saat ini sedang berada di bawah tekanan besar, mengingat krisis Brexit yang melanda negaranya, karena meninggalkan Uni Eropa (UE).
Menjelang tenggat waktu Brexit 31 Oktober, Inggris itu tampaknya siap untuk berbagai opsi, termasuk pemilihan cepat berupa skenario Brexit dan bahkan mungkin meninggalkan seluruh proses secara bersamaan.
Dilansir dari CNBC, Sabtu (7/9), Christopher Pissarides, seorang profesor ekonomi di London School of Economics (LSE) mengatakan, “Apa yang terjadi adalah bencana dalam sektor ekonomi, melihatnya dari sudut pandang ekonomi murni.”
Johnson menyatakan lebih baik mati daripada meminta UE untuk menunda Brexit lewat tenggat waktunya. Namun, Johnson menolak menyatakan akan mundur jika penangguhan Brexit harus terjadi.
Bank of England memperkirakan bahwa Brexit yang tidak teratur, akan menyebabkan ekonomi menyusut 5,5% lebih tinggi, dari perkiraan sebelumnya yakni 8%.
Komisi Eropa mengatakan minggu lalu bahwa Indikator Sentimen Ekonomi (ESI) untuk Inggris jatuh ke 92,5 bulan lalu, turun dari 94,3 pada Juli dan mencapai level terendah sejak September 2012.
Baru-baru ini, survei yang diawasi ketat manajer industri yang diterbitkan pada Rabu (4/9) menunjukkan sektor jasa dominan Inggris hanya tumbuh sedikit pada bulan Agustus, sementara sektor konstruksi dan manufaktur negara itu menyusut.
Data ekonomi menunjukkan, ekonomi AS berada pada risiko yang memasuki resesi teknis untuk kuartal berikutnya, kata Cathal Kennedy, ekonom Eropa di RBC, dalam catatan penelitian.
Sumber : CNBC