Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kesepakatan Nuklir Iran
(Foto: AFP 2020 / BEHROUZ MEHRI)

Kesepakatan Nuklir Iran Akan Bubar Jika AS Terus Menekan Iran



Berita Baru, Internasional – Pada hari Minggu (3/5), Kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani menulis di Twitter berisi peringatan bahwa kesepakatan nuklir Iran atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) tidak akan berlaku lagi jika embargo senjata PBB terhadap Iran tidak dicabut.

Perjanjian JCPOA adalah perjanjian yang dibuat oleh negara P5+1 dan Uni Eropa pada tahun 2015 yang membatasi produksi uranium Iran hingga 13 tahun ke depan untuk menghindari risiko pembuatan senjata nuklir, termasuk penghancuran dan pembatasan fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Sebagai gantinya, Iran akan mendapat bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Sanksi dari PBB pun akan dikurangi.

Namun AS merasa perjanjian itu tak cukup mengerem Iran untuk terus memproduksi senjata nuklik. Oleh karena itu, Presiden Trump menarik AS dari perjanjian tersebut pada bulan Mei 2018. Tidak hanya itu, AS pun memberikan sanksi ekonomi terhadap Iran. Dan Iran kesulitan untuk menjual minyak mentahnya ke negara-negara lain.

Dan baru-baru ini, AS meningkatkan upaya untuk mencoba memperluas sanksi terhadap Iran dengan memperluas embargo senjata global terhadap Iran, meskipun tidak ada pembenaran hukum yang mengatakan AS berhak melakukan itu.

Pada hari Kamis (30/4), Sekretaris Negara AS Mike Pompeo menjelaskan bahwa AS memiliki kekuatan untuk memperpanjang larangan penjualan senjata ke Iran di bawah Resolusi 2231 dan JCPOA. Namun AS sendiri yang mengabaikan kesepakatan nuklir Iran tersebut.

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya tanggal 23 April, Iran meluncurkan satelit militer pertamanya ke orbit. Terkait hal ini, Mike Pompeo juga mengecam Iran dengan mendasarkan kecamannya pada Resolusi 2231.

Kemudian pada pekan lalu, Perwakilan Khusus AS untuk Iran, Brian Hook mengatakan bahwa Rusia dan Cina tidak memiliki alasan untuk memilih atau memveto perpanjangan embargo senjata terhadap Iran.

Lalu pada hari Rabu (29/4), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada Sputnik bahwa tidak ada alasan yang masuk untuk memperpanjang embargo senjata, dan sejauh menyangkut Moskow, masalah itu “closed.”

Sergei Ryabkov juga menambahkan bahwa Presiden Trump dan AS tidak punya hak untuk berbicara tentang ketentuan-ketentuan Resolusi 2231, mengingat mereka sendirilah yang sudah memutuskan untuk berhenti mematuhi perjanjian JCPOA dan melakukan kampanye agar negara-negara lain mengikutinya melanggar perjanjian.

Namun Mike Pompeo malahan telah berjanji untuk “mendesak” mitra-mitra AS di Eropa untuk “memastikan” bahwa Iran tetap tidak dapat membeli senjata dari luar negeri.

Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif telah meminta Mike Pompeo untuk “berhenti bermimpi” tentang memperpanjang embargo mereka terhadap Iran, dengan mengatakan bahwa AS tidak memiliki alasan hukum untuk melakukannya.

Jika kembali di tahun 2018, setelah AS membatalkan komitmennya terhadap perjanjian nuklir, AS tidak hanya memberikan sanksi ekonomi, namun juga sanksi energi. Dan sebagai respon, sejak saat itu, Iran pun ikut ‘sedikit’ melanggar perjanjian dengan tetap memproduksi uranium mereka. Namun dengan tegas mereka mengatakan bahwa Iran tidak akan memproduksi senjata nuklir atau senjata pemusnah masal lainnya. Hal itu dikarenakan dilarang dalam agama Islam, yang merupakan agama mayoritas di Iran.


SumberSputnik News