Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kepala Negosiator Perdagangan China dan AS Setuju Dorong Kesepakatan Dagang, Akankah Huawei Kembali?
Kepala Negosiator Perdagangan China dan AS Setuju Dorong Kesepakatan Phase-1. Foto: GT.

Kepala Negosiator Perdagangan China dan AS Setuju Dorong Kesepakatan Dagang, Akankah Huawei Kembali?



Berita Baru, Internasional – Pada hari Selasa (25/8), Wakil Perdana Menteri China Liu He melakukan panggilan telepon dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk melakukan dialog ‘konstruktif’ mengenai kesepakatan dagang fase satu (Phase 1) dan beberapa topik lainnya. 

Dalam panggilan telepon itu, kedua belah pihak juga setuju untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk implementasinya.

Menurut Xinhua News, panggilan itu awalnya dijadwalkan pada 15 Agustus tetapi ditunda. Presiden AS Donald Trump kemudian mengatakan dia telah membatalkan pembicaraan tersebut.

Secara detil, dalam panggilan itu, kedua belah pihak melakukan dialog konstruktif tentang bagaimana memperkuat koordinasi bilateral di bidang kebijakan makroekonomi, dan tentang implementasi perjanjian ekonomi dan perdagangan tahap satu sebagaiman pernah direncanakan AS-China dulu. 

Dialog itu juga membahas mengenai kekayaan intelektual, terbukanya sektor keuangan China dan apa yang disebut isu seputar transfer teknologi.

“Para pihak juga membahas peningkatan signifikan dalam pembelian produk AS oleh China, serta tindakan di masa depan yang diperlukan untuk melaksanakan perjanjian,”menurut siaran pers yang diunggah di situs web Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat.

Kedua belah pihak juga sepakat untuk menciptakan kondisi dan suasana yang kondusif untuk mendorong implementasi kesepakatan perdagangan.

Direktur Pusat Diplomasi Ekonomi Universitas Fudan, Song Guoyou, mengatakan panggilan telepon itu mengirimkan sinyal positif kepada dunia.

“Penundaan pembicaraan China-AS akhirnya menunjukkan bahwa perdagangan China dan AS dan kerjasama ekonomi yang berpusat di sekitar kesepakatan perdagangan akan dilanjutkan,” kata Song, seperti dilansir dari Global Times.

“[Panggilan] itu menunjukkan kedua belah pihak masih memiliki cukup keinginan untuk terus menerapkan kesepakatan perdagangan fase 1,” imbuh Song.

Sementara itu, seorang ahli di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing, Gao Lingyun, mencatat bahwa, menilai dari informasi dalam rilis berita, subteks dari kedua belah pihak yang setuju untuk menumbuhkan suasana yang kondusif bagi implementasi kesepakatan perdagangan dapat menjadi berita positif bagi Huawei, yang saat ini ‘dibombardir’ pemerintahan Presiden Trump.

Menjelang pemilihan presiden AS, Presiden Trump telah meningkatkan tindakan kerasnya terhadap perusahaan teknologi China.

Selain memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam, pemerintahan Presiden Trump juga mulai ‘menyerang’ platform video pendek China TikTok dan aplikasi perpesanan sosial WeChat. Tindakan itu pun menuai kritik luas baik di luar negeri maupun di dalam AS sendiri. 

Namun, para ahli telah mengisyaratkan bahwa satu perusahaan teknologi China yang mungkin terlibat dalam pembicaraan kesepakatan perdagangan dalam dialog AS-China melalui telepon adalah Huawei, bukan TikTok atau WeChat, karena pasangan yang terakhir ini secara teknis tidak melibatkan perdagangan.

Kesepakatan perdagangan mengharuskan China untuk membeli US$ 77,7 miliar barang manufaktur AS dalam dua tahun.

“Raksasa telekomunikasi China sendiri membeli sekitar sepertiga dari semua impor China atas barang-barang manufaktur AS,” komentar Gao.

Huawei membeli produk AS senilai puluhan miliar dolar dalam manufaktur AS, sebelum AS melarangnya melakukannya.

Lebih lanjut, menurut Gao, pihak AS tampaknya sangat menginginkan kesepakatan untuk bergerak maju dan agar China menerapkan kesepakatan tersebut.

“Ini adalah salah satu dari sedikit poin pembicaraan yang dapat digunakan pemerintahan Trump untuk menarik para pendukungnya,” jelas Gao.

Gao mencatat bahwa kesepakatan tersebut, menurut teksnya, dapat dibubarkan secara otomatis dalam waktu 60 hari atas permintaan satu pihak. 

Selain pembelian China dalam hal manufaktur AS, China telah meningkatkan pembelian pertanian AS, dan terutama produk energi dalam beberapa bulan terakhir.