Kepala Eksekutif Twitter: Penangguhan Akun Trump adalah Keputusan yang Tepat
Berita Baru, Internasional – Jack Dorsey, kepala eksekutif Twitter, mengatakan bahwa penangguhan akun Donald Trump dari platform itu adalah “keputusan yang tepat”, meski itu merupakan preseden yang berbahaya.
Sejak Twitter memutuskan untuk menangguhkan akun Donald Trump karena hasutan pemberontakan, ini merupakan kali pertama Dorsey membuka suara. Dorsey mengatakan bahwa perusahaan menghadapi keadaan yang luar biasa dan tidak dapat dipertahankan, sehingga terpaksa mengabil langkah demi keamanan publik.
“Saya tidak merayakan atau merasa bangga atas keharusan kami melarang @realDonaldTrump dari Twitter, atau bagaimana kami sampai di sini,” tulis Dorsey pada Rabu (16/1), dalam utas Twitter yang diperpanjang. “Saya merasa pelarangan adalah kegagalan kami untuk mempromosikan percakapan yang sehat. Dan waktu bagi kami untuk merenungkan operasi kami dan lingkungan di sekitar kami.”
Dorsey, seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (14/1), mengatakan bahwa langkah tersebut adalah keputusan yang tepat bagi perusahaan, tetapi tindakan itu memecah percakapan publik.
“Mereka memecah belah kita,” lanjutnya. “Mereka membatasi potensi klarifikasi, penebusan, dan pembelajaran. Dan memberikan preseden yang menurut saya berbahaya: kekuatan yang dimiliki individu atau perusahaan atas bagian dari percakapan publik global.”
“Setelah peringatan yang jelas, kami akan mengambil tindakan ini, kami membuat keputusan dengan informasi terbaik yang kami miliki berdasarkan ancaman terhadap keamanan fisik baik di dalam maupun di luar Twitter. Apakah ini benar?” tegas Dorsey.
Keputusan tersebut diambil ketika perusahaan teknologi besar lainnya, termasuk Facebook, Reddit, Pinterest, dan YouTube telah menangguhkan akun Trump untuk sementara bahkan permanen usai kasus penghasutan yang berujung kekerasan di Capitol.
Silicon Valley sendiri telah melakukan tindakan atas penyebaran informasi yang diindikasi terhubung dengan rencana pemberontakan. Selama bertahun-tahun, Dorsey telah menolak memoderasi pengguna platform terkenal, dengan alasan bahwa publik memiliki hak untuk mendengar dari tokoh-tokoh yang layak diberitakan.
Tetapi pada tahun 2020, platform tersebut mulai menandai tweet dari Trump kemudian menonaktifkan akunnya, melarang me-retweet, tetapi masih bisa untuk menambahkan komentar.
Pada bulan-bulan sekitar pemilhan Presiden AS, Twitter juga melakukan sejumlah kebijakan untuk membatasi penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi. Namun, kebjakan tersebut akhirnya menuai kritik yang luas karena gagal mengatasi bahaya hasutan kekerasan oleh akun Trump yang berujung pada penyerbuan Capitol Hill pada 6 Januari.
Menyusul peristiwa yang menewaskan lima orang tersebut, Trump men-tweet penjelasan untuk membenarkan aksi massa di Capitol Hill sambil terus mendorong narasi palsu bahwa telah terjadi kecurangan dalam pemilihan dengan mengatakan: “Ini adalah hal-hal dan peristiwa yang terjadi ketika Kemenangan pemilihan umum yang sakral dengan begitu saja dan dengan kejam dilucuti.”
Pada hari Jumat, akun Trump ditangguhkan secara permanen. Presiden dengan panik melompat dari satu akun ke akun lain, mencoba men-tweet dari akun @POTUS dan akun kampanyenya @TeamTrump sebelum outlet itu juga dibatasi untuknya.
Twitter menjelaskan alasannya untuk menghapus Trump dalam posting blog yang ekstensif pada Jumat malam. Pihak twitter menyebut bahwa tweet dari Trump dapat dengan mudah diartikan sebagai dorongan atau pembenaran untuk “meniru tindakan kekerasan yang terjadi pada 6 Januari 2021”.