Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Dear Zindagi

Kenapa Harus Nonton Dear Zindagi?



Berita Baru, Film – Ya, nggak harus juga, sih. Tapi setidaknya, ketika kamu bingung pengen nonton apa, perlulah kamu klik Dear Zindagi (2016), mungkin di Netflix?

Bukan hanya karena pemainnya yang gemilang, tapi juga setidaknya di sini kita bakal melihat megabintang Shah Rukh Khan (SRK). Tapi justru bahwa kali ini dia tidak memainkan karakter biasa: dia bukan pemeran utama dan bukan pujangga cinta. Di film ini, SRK beradu akting pertama kali dengan Alia Bhatt yang sebelumnya telah tampil di film Student of The Year (2012), 2 States (2014), Gully Boy (2019), dan banyak lagi.

Jadi, kenapa kamu perlu menonton Dear Zindagi?

Isu Kesehatan Mental

Dikisahkan, Kaira (Alia Bhatt) mengkuti sesi terapi atau konseling dari Dr Jehangir Khan (SRK) atau disapa Jug, untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya. Ia mengalami kesulitan tidur akibat resah dengar gebetannya yang mendadak nikah. Di kemudian hari, Kaira juga menyadari dirinya memiliki kesulitan untuk mempercayai hubungan romantis macam pacaran.

Isu ini kemudian penting untuk dinarasikan dalam film, karena kesehatan mental masih dianggap aib. Seolah-olah, mengalami masalah kejiwaan adalah sebuah dosa. Dan, Dear Zindagi berhasil memberikan gambaran mengenai bagaimana sesi konseling untuk kesehatan mental itu berjalan.

Keinginan Kaira mengikuti terapi pun tak datang ujug-ujug. Awalnya, rekan kerja Kaira bernama Raunaq (Raj Bhansali) lebih dulu cerita bahwa ia datang ke terapi untuk bisa jujur pada dirinya sendiri bahwa ia seorang gay. Keterbukaan itu kiranya menginspirasi Kaira untuk turut berpikir bahwa tidak masalah dengan datang ke terapi demi mencari pemecahan atas masalahmu.

Namun awalnya, ketika bercerita pada Jug, Kaira menceritakan masalahnya dengan kamuflase, seolah-olah kawannya-lah yang punya masalah dan bukan dia. Namun di tengah sesi, Jug menyadari hal itu dan Kaira pun mengaku bahwa masalah yang ia ceritakan bukan dialami oleh sahabatnya, melainkan dirinya sendiri.

Hayo, siapa yang pernah begini juga? Curhat ke orang tapi menggunakan topeng orang lain? Tidak masalah, semua butuh proses, termasuk jujur ke diri sendiri dan menerima bahwa kita punya masalah.

Blusukan di Goa

Yap, selain syuting di Mumbai, film ini juga mengambil adegan-adegan di Goa, India. Digambarkan dalam beberapa dialog di dalamnya, Goa merupakan kota yang menyenangkan dan perlu dikunjungi.

Goa memang terbilang unik, sih. Kotanya tenang dan damai. Jika kamu bertanya pada orang yang pernah ke sana, mereka akan menjawab bahwa Goa memberikan kedamaian dan kepuasan batin.

Dan hal itu tampil di Dear Zindagi. Berbeda dengan kota lain di India yang ditampilkan khas dengan rumah megah dan kepadatan lalu lintas, Goa memberikan pemandangan pantai dan rumah-rumah yang terkesan nyaman.

Selain Dear Zindagi, film lain yang proses syutingnya dilakukan di Goa diantaranya adalah Finding Fanny, Dilwale, dan Drishyam.

Kegelisahan Kaira sebagai Perempuan

Meski kesannya kadang agak memaksa dan terburu-buru, namun adegan-adegan dimana Kaira bicara mengenai kegelisahannya sebagai perempuan layak disimak.

Kaira gelisah bahwa dirinya diberi pekerjaan bukan karena ia mampu, namun karena dia hot alias menarik secara visual. Di awal film, hingga di sesi terapinya dengan Jug, anggapan ini sering muncul. Entah karena ia merasa tidak percaya diri, atau memang dia pernah atau khawatir mengalami hal itu: mendapatkan pekerjaan bukan karena kapabilitasnya, melainkan kecantikannya.

Di lain hari, Kaira secara mendadak diusir dari apartemennya karena si pemilik hanya akan menyewakan kamar untuk pasangan yang sudah menikah. Ia begitu frustasi dan mengomel di depan Fatty (Ira Dubey). Kaira kesal karena, jika ia belum menikah maka ia tak bisa menempati sebuah rumah? No marriage means no home for women? Begitu kira-kira. Ya lagian, seksis banget sih pemilik apartemennya. Huh.

Selain itu, Kaira juga mengekspresikan keresahannya bahwa perempuan harus segera menikah begitu masuk umurnya, sementara dia belum “bisa” dan “mau” menikah karena harus menyelesaikan masalah dirinya terlebih dahulu.

Kaira pun mengkritik pelabelan atas perempuan yang menjalin hubungan dengan banyak pria yang kerap disebut “kotor” atau “perempuan rendahan.” Sementara dirinya bolak-balik menjalin hubungan bukan karena dia playgirl, tapi memang… ya gimana, emang susah.

Orang-orang tua dan Kebiasaan “Paling Tahu Segalanya”

Hhhh, lelah sekali menonton orang tua toxic yang sayangnya ada dimana-mana, termasuk di Dear Zindagi. Ada dua adegan yang menggambarkan betapa racunnya keluarga Kaira. Pertama ketika Kaira pulang ke Goa. Pantas dia ogah-ogahan pulang, memang orang-orang rumahnya demen betul mengatur-atur anak ini tanpa bertanya apa sebenarnya yang ia mau dan butuhkan.

Misalnya, ketika pamannya beranggapan Kaira harus menikah, namun untuk itu dia harus mendapatkan pekerjaan yang “dihormati”, pekerjaan kantoran.

Wahai calon bapak dan ibu atau yang sudah betulan jadi bapak dan ibu, tolong kurang-kurangi ya begini. Sebelum menentukan takdir anakmu, coba tanya dulu, apa yang membuatnya bahagia? Lalu, berhenti berpikir bahwa bekerja kantor adalah sebuah standar kelayakan hidup, karena itu tak sepenuhnya memberikan kemapanan.

Begitu juga pada adegan kedatangan Kiddo (Rohit Suresh Saraf) ke rumah, keluarga mengadakan pesta yang artinya berkumpullah kembali para orang-orang tua. Kali itu, mereka sedang mengenang masa lalu Kaira dan Kiddo. Kaira dipojokkan, disebut sebagai pembuat onar dan pemarah sementara adiknya adalah anak yang tenang dan dewasa.

Bapak ibu, catat lagi ya, tidak ada anak yang sudi dibanding-bandingkan.

Apalagi ditambah, ketika sang Ayah berkata, bahwa “Kamu tak tahu betapa beratnya menjadi orang tua.”

Wrong move, Sir.

Bapak Ibu juga tak tahu kan, beratnya jadi anak? Anak lahir karena momen bahagia kalian, karena kalian yang berdoa dan berusaha untuk kelahirannya. Lalu setelah anak itu lahir, kalian melakukan apapun yang kalian inginkan terhadap anak itu. Dan lalu, kalian masih menyalahkannya.

“Tak ada yang menyuruh kalian menjadi orangtua, jadi jika bera yang berhenti saja,” begitu kiranya tanggapan Kaira.

Dhuarrr!