Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Wiratno KSDAE
Direktur Jenderal Konservasi, Sumber Daya Alam, dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno menyampaikan refleksi akhir tahun 2021 KLHK terkait konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Jum’at (17/12). (Foto: Tangkap Layar)

Kemitraan Konservasi, Solusi Pengelolaan Taman Nasional



Berita Baru, Jakarta – Direktur Jenderal Konservasi, Sumber Daya Alam, dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno menegaskan bahwa skema Kemitraan Konservasi dapat menyelesaikan persoalan pengelolaan kawasan Taman Nasional dan Kawasan Konservasi yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.

“Maka saya punya keyakinan masyarakat harus diposisikan sebagai solusi dan bukan sebagai musuh dari urusan mengurus Taman Nasional, mengurus Kawasan Konservasi,” kata Wiratno dalam webinar seri kedua, Refleksi Akhir Tahun 2021 KLHK, Jumat (17/12).

Menurutnya, sistem kemintraan konservasi mampu menyelesaikan persoalan ilegar loker dalam pemanfaatan sumber daya alam di Taman Nasional dan Kawasan Konservasi, seperti penebangan pohon ilegal, pembukaan lahan dan lain sebagainya.

“Saya mendorong Kemitraan Konservasi sebagai solusi. Dengan kemitraan ini masyarakat merasa dan dibanyak tempat ada kesaksian-kesaksian bahwa mereka merasa di-wongke, merasa dihargai, diajak bicara dan tidak sekedar diusir bahkan ditangkap oleh petugas, oleh polisi hutan kita,” terangnya.

Dalam kesempatan itu, Wiratno menyampaikan beberapa program kemitraan KSDAE bersama masyarakat dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional dan Konservasi, salah satunya di TN Meru Betiri, Sumbersari, Jember, Jawa Timur.

“Cerita dari Meru Betiri ini dari ilegar loker berhenti, sekarang menjadi petani jamur kuping. Solusinya sangat sederhana sebetulnya. Mereka tidak punya alternatif selain menebang kayu, setelah diberi alternatif mereka berhenti,” terangnya.

Wiratno kembali menegaskan bahwa masyarakat dengan kawasan Taman Nasional dan Kawasan Konservasi tidak dapat dipisahkan karena keduanya memiliki hubugan erat dalam kurun waktu yang lama.

“Kawasan konservasi bukan kertas putih yang tidak ada historis hubungan antara masyarakat dengan kawasan itu. Jadi ini yang saya bilang, kita merubah kiblat, cara baru yang sama sekali baru, di dalam mengurus hubungan antara hutan konservasi dengan masyarakat disekitarnya,” tukas Wiratno.