Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pengamat Politik Rocky Gerung dan Hersubeno Arief membicarakan kelangkaan minyak goreng dan wacana 3 periode jabatan Presiden Republik Indonesia. (Tangkap Layar)
Pengamat Politik Rocky Gerung dan Hersubeno Arief membicarakan kelangkaan minyak goreng dan wacana 3 periode jabatan Presiden Republik Indonesia. (Tangkap Layar)

Kemendag Curigai Emak-emak Penimbun Minyak Goreng, Rocky Gerung: Konyolnya Kementerian Perdagangan



Berita Baru, Jakarta – Pengamat Politik Rocky Gerung angkat bicara mengenai kecurigaan serius Kementerian Perdagangan yang menyebut kelangkaan karena banyak masyarakat menimbun.

Sebelumnya, Kemendag mengungkap bahwa jika dilihat dari tingkat produsen, produksi minyak goreng yang berjalan seharusnya mencukupi kebutuhan domestik.

Namun, Inspektur Jenderal Kemendag, Didid Noordiatmoko, mengatakan ada persoalan baru terkait kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng, yaitu panic buying.

Menurutnya, masyarakat membeli minyak goreng melebihi kebutuhan karena takut kesulitan mendapatkannya lagi dengan harga terjangkau.

Meski begitu, Didid menyampaikan kalau hal itu baru terindikasi sehingga belum ada bukti yang menguatkan bahwa masyarakat ‘menimbun’ minyak.

Menurut Rocky Gerung, tudingan itu sangat serius. Ia menyarankan seharusnya Mendag mensurvei emak-emak yang disebutnya telah menimbun minyak goreng.

“Bagaimana mungkin ngantri selama 8 jam dan maksimal dibatasi dua liter lalu menimbun tuh?” kata Rocky Gerung kepada Hersubeno Arief dalam Channel YouTube Rocky Gerung Official, Rabu (9/3)

“Kalau dia nimbun, kira-kira dia bisa mengumpulkan 100 liter sehari, tapi cuma 2 litar kok. Tentu saja kalau emak nimbun karena dia menganggap ke depan akan ada kelangkaan. Itu rumus ekonomi biasa saja,” sambung Rocky.

Rocky menjelaskan, istilah menimbun merupakan istilah kriminal, karena pada umumnya hal tersebut hanya dilakukan oleh pemain besar atau yang memiliki banyak uang.

“Termasuk mereka yang mengalihkan potensi sawit untuk jadi minyak goreng dijual jadi CPO ke luar negeri,” terangnya.

Rocky juga menilai pernyataan Mendag merupakan pernyataan sangat konyol karena sedang panik, bahkan membuatnya sibuk mencari ‘bau busuk’ di setiap rumah tangga.

Menurutnya, Mendag seharusnya mencari bau busuk yang ada di kamar Istana yang dianggap sebagai pemicu utamanya.

“Konyolnya Departemen Perdagangan (Kementerian Perdagangan, red), dia jadi panik sendiri lalu dia cari bau busuknya di mana. Jangan cari bau busuk di kamar emak-emak yang busuk ada di kamar Istana tuh,” ujar Rocky.

Rocky Gerung juga menyarankan kepada Mendag untuk bertanya kepada ekonom atau ahli ekonomi mengenai pemicu kelangkaan minyak goreng.

Dia mengatakan bahwa hampir semua ekonom menyimpulkan bahwa kelangkaan minyak goreng dipicu oleh praktik kartel.

Dia berpendapat bahwa kartel tak hanya beroperasi di skala global, namun juga di skala domestik melalui campur tangan Istana yang menyebabkan rakyat tercekik karena naiknya harga bahan pokok termasuk minyak goreng.

“Tanya Faisal Basri, tanya para ekonomi, pengamat dunia bahwa itu adalah hasil kartel, dan kita tahu bahwa kartel itu beroperasi juga di istana, di sekitar menteri perdagangan dan menteri lainnya. Sebetulnya ada upaya di dalam istana yang kita tahu untuk bagi-bagi lebih ketat, dan itu yang menyebabkan kenaikan harga,” paparnya.

Rocky menegaskan bahwa setiap menteri yang bikin kebijakan, para kartel cemas, ke arah mana kebijakan itu. “Maka lalu mereka melakukan penimbunan untuk memeras kebijakan. Itu sebetulnya persoalannya,” tuturnya.

Bisa jadi, lanjut Rocky, Menteri Perdagangan juga bikin kebijakan supaya para emak dilarang membuat WA grup untuk menanyakan harga minyak goreng. Sama seperti presiden yang mengintip WAG Emak prajurit. Ini kan konyol.

“Kalau toh ada emak yang mengerahkan anak dan suami untuk antri minyak goreng, paling dapat berapa sih? Yang antri dari pasar satu ke pasar yang lain, pasti tukang gorengan karena untuk jualan. Dia kan musti punya stok selama satu minggu, karena ini pendapatan mereka. Mereka antri untuk kebutuhan dasar mereka,” ungkapnya.

“Otaknya Kementerian ini hanya untuk mencurigai rakyat. Kecurigaan itu datang dari kedunguan kebijakan mereka,” sambung Rocky.

Rakyat kata Rocky akhirnya mengerti, mungkin mereka di belakang bikin perjanjian untuk naikin harga, untuk menambah anggaran 3 periode, karena dari APBN sudah tidak bisa.

“Kita akhirnya tahu bahwa pemerintah sedang menyembunyikan sesuatu. Di bikin panik, tetapi ada perencanaan untuk 3 periode. Dan kita tahu ide 3 periode itu tetap berlangsung,” pungkasnya.