Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kelompok Biksu Buddha berdiri di depan pengunjuk rasa memegang tanda selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, pada 14 Maret 2021 FOTO: AFP
Biksu Buddha berdiri di depan pengunjuk rasa memegang tanda selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, pada 14 Maret 2021 FOTO: AFP

Kelompok Buddha Terkuat di Myanmar Kecam Junta Militer



Berita Baru, Internasional – Kelompok biksu Buddha paling kuat di Myanmar meminta junta untuk mengakhiri kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan menuduh “minoritas bersenjata” telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap warga sipil yang tidak bersalah sejak kudeta bulan lalu, sebagaimana yang ditulis Reuters pada hari Rabu, (17/03).

Dalam kecamannya yang paling blak-blakan atas tindakan keras militer terhadap demonstrasi pro-demokrasi, organisasi yang ditunjuk oleh pemerintah itu juga mengatakan dalam draf pernyataan yang dimaksudkan oleh anggotanya untuk menghentikan kegiatan, dalam sebuah protes yang jelas.

Komite Negara Sangha Maha Nayaka berencana mengeluarkan pernyataan akhir setelah berkonsultasi dengan menteri urusan agama pada Kamis lalu, ungkap portal berita Myanmar Now, mengutip seorang biksu yang menghadiri pertemuan komite tersebut.

Para biksu memiliki sejarah panjang aktivisme yang panjang di Myanmar dan berada di garis depan dalam”Revolusi Saffron” 2007 melawan kekuasaan militer, sebuah pemberontakan yang, meskipun ditekan, membantu mengantarkan reformasi demokrasi.

Anggota komite tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar, tetapi sikap mereka yang dilaporkan akan menandakan keretakan yang signifikan antara pihak berwenang dan kelompok yang biasanya bekerja erat dengan pemerintah.

Paus Fransiskus juga mengimbau diakhirinya pertumpahan darah, dengan mengatakan: “Bahkan saya berlutut di jalan-jalan Myanmar dan mengatakan ‘hentikan kekerasan’.”

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, menahan dia dan anggota partainya, yang menimbulkan kecaman internasional.

Anggota parlemen yang digulingkan, sebagian besar dari partai Suu Kyi, mendorong pendirian aliansi bersatu melawan kudeta di negara yang beragam etnis itu, dengan mengatakan cap teroris akan dicabut dari semua pemberontak yang mencari otonomi dan  berjuang untuk demokrasi.