Kekurangan Vitamin D dapat Meningkatkan Resiko Terinfeksi Covid-19
Berita Baru , Inggris – Studi menemukan, sangat kekurangan vitamin D dapat berpengaruh pada peningkatan risiko infeksi seperti termasuk dari Covid-19.
Dilansir dari Dailymail.co.uk , Sebuah penelitian mengungkapkan banyak orang dari etnis minoritas di Inggris sangat kekurangan vitamin D.
Lebih dari separuh orang juga Asia sangat kekurangan vitamin pada musim dingin dan lebih dari sepertiga orang kulit hitam Afrika menderita kekurangan vitamin yang sangat tinggi juga.
Sebelumnya ini telah memunculkan beberapa opini ilmiah selama pandemi covid-19 ini. dengan sejumlah besar penelitian menemukan bahwa vitamin D dapat melawan virus corona dan sebagian penelitian yang lain mengklaim vitamin terseut itu tidak bermanfaat.
Para peneliti Australia meninjau dan mengumpulkan data dari setengah juta gen penduduk Inggris dari BioBank Inggris. Menurut mereka Vitamin D itu mudah diakses dan tidak memiliki efek samping negatif. seperti orang harus mempertimbangkan untuk melengkapi diet mereka dengan vitamin sinar matahari.
Sebuah tinjauan Pemerintah Inggris baru-baru ini menemukan tidak adanya cukup bukti bahwa mengonsumsi vitamin tersebut dapat mencegah atau mengobati Covid-19.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock memerintahkan peninjauan cepat terhadap efek vitamin pada Covid di bulan Oktober.
Panel ahli di berbagai investigasi Pemerintah, termasuk bagian kesehatan publik di Inggris, menganalisis studi ilmiah terbaik’dari seluruh dunia, meskipun mereka tidak mengatakan makalah mana atau berapa banyak yang mereka lihat dan pilih.
Namun tim, yang dipimpin oleh pengawas NHS, NICE, mengatakan tidak mungkin menentukan hubungan langsung antara vitamin D dan Covid-19, dengan alasan kurangnya uji coba berkualitas tinggi.
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa banyak sekali orang yang tertular Covid-19 ternyata tidak memiliki cukup vitamin D dalam tubuh mereka dan pasien yang paling sakit seringkali adanya kekurangan vitamin tersebut.
Tetapi para ilmuwan sejauh ini belum dapat menentukan apakah kekurangan itu membuat orang lebih rentan terhadap Covid, atau apakah dengan kondisi sakit, malah menyebabkan penurunan kadar vitamin D.
NICE masih mendesak warga Inggris untuk menambah 10 mikrogram (400 IU) vitamin D setiap hari antara Oktober dan awal Maret karena manfaat kesehatan lainnya yang telah terbukti pada tulang, otot, dan sistem kekebalan tubuh.
Tetapi sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu menemukan mengonsumsi suplemen vitamin D atau Omega-3 secara teratur dapat meningkatkan sistem kekebalan para pensiunan, dimana membantu mereka menangkis infeksi termasuk Covid-19.
Para peneliti dari Queen Mary University of London saat ini sedang melakukan uji coba secara acak yang menyelidiki potensi manfaat nutrisi pada Covid-19.
Para ilmuwan memberi 5.000 sukarelawan vitamin pada bulan Oktober dan akan menilai mereka selama enam bulan jika mereka belum mengambil dosis tinggi.
Para ahli kemudian akan menilai apakah para peserta berisiko lebih rendah tertular virus dan mengembangkan serangan penyakit yang parah selama bulan-bulan disaat musim dingin.
Vitamin ini secara alami diproduksi di dalam tubuh saat kulit terkena sinar matahari, tetapi mengingat masa bulan musim dingin yang panjang, orang tidak menghabiskan cukup waktu di luar ruangan.
Selain sinar matahari, vitamin itu juga secara alami ditemukan pada ikan berminyak seperti salmon, kuning telur, jamur, dan daging merah. NHS mengatakan orang dewasa harus mengonsumsi sekitar 10 mikrogram vitamin D setiap hari.
Orang dengan kulit gelap sangat rentan karena mereka memiliki lebih banyak melanin pada kulit mereka, yang mengurangi produksi vitamin tersebut.
Tidak mendapatkan cukup vitamin D membuat orang lebih rentan terhadap kondisi kesehatan dan infeksi tertentu, dengan beberapa penelitian mengklaim ini termasuk infeksi Covid-19.
Studi terbaru, dari University of South Australia, mengamati bagaimana tingkat vitamin D dapat bervariasi menurut kondisi demografis.
“Dari hampir setengah juta orang yang disurvei, kami menemukan bahwa 57 persen orang Asia sangat kekurangan vitamin D di musim dingin dan musim semi, dan 50,8 persen di musim panas dan musim gugur,” kata mahasiswa PhD Joshua Sutherland, sebagai penulis utama studi tersebut, pada Jumat (18/12).
“ Orang kulit hitam Afrika adalah yang paling rentan berikutnya, sebanyak 38,5 persen kekurangan di musim dingin dan 30,8 persen di musim panas, diikuti oleh ras campuran dan peserta sample dari China.
“ Orang kulit putih Eropa memiliki prevalensi kekurangan vitamin terendah tetapi banyak yang masih terpengaruh.” Tambah peneliti.
Di antara orang kulit putih Eropa, ada perbedaan musim yang jelas, dengan 17,5 persen menunjukkan defisiensi vitamin saat musim dingin, dibandingkan dengan 5,9 persen saja di musim panas.
Orang yang tinggal di bagian utara Inggris, yang tidak mendapatkan cukup sinar matahari selama musim dingin, seperti Glasgow dan Edinburgh, juga mencatat tingkat hormon yang lebih rendah.
Sementara penduduk selatan, yang tinggal di bagian kaya negara itu, cenderung menderita kekurangan vitamin D dan lebih cenderung mengonsumsi suplemen.
Profesor Elina Hypponen dari University of South Australia mengatakan: “ Tingkat keparahan kekurangan vitamin ini tentu mengkhawatirkan, terutama dengan tingginya tingkat infeksi COVID-19 di Eropa dan tempat lain di belahan bumi utara musim dingin ini.”
“ Uji klinis telah menunjukkan bahwa suplemen vitamin D ternyata bermanfaat dalam pencegahan infeksi pernapasan dan bahkan hingga kematian.”