Kekhawatiran Pasokan Beras Global Setelah Pasca India Keluarkan Larangan Ekspor
Berita Baru, Jakarta – Pemerintah India mengumumkan larangan mendadak terhadap ekspor beras putih non-basmati, yang mencakup jenis beras yang banyak diminati. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran mengenai stabilitas pasokan beras di beberapa bagian dunia dan bahkan menyebabkan kepanikan di kalangan konsumen di Amerika Serikat.
Meskipun demikian, para produsen beras AS menegaskan bahwa pasokan beras di negara mereka aman dan cukup.
“Ada cukup beras AS untuk semua orang,” kata USA Rice Federation, yang merupakan juru bicara bagi industri beras AS secara global, pada sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN pada Jumat (4/8/2023).
Mereka menambahkan bahwa keadaan ini berbeda dengan kepanikan pembelian kertas toilet pada musim semi tahun 2020.
Sebagian besar beras yang dikonsumsi di Amerika Serikat diproduksi secara lokal, dan AS berhasil memiliki hasil panen yang baik tahun ini, demikian yang disampaikan oleh USA Rice.
Namun, situasi berbeda bagi para importir dan konsumen setia varietas beras non-basmati India, yang merasa terganggu akibat larangan tersebut, termasuk di Amerika Serikat. Secara global, larangan ini menciptakan ketidakstabilan di pasar dan dapat berdampak khususnya pada negara-negara yang mengandalkan ekspor beras India.
Penyebab dari larangan ini adalah keinginan pemerintah India untuk menurunkan harga beras dan menjaga ketersediaan di dalam negeri, sebagaimana yang dinyatakan oleh pernyataan resmi pemerintah.
Larangan ini menimbulkan kekhawatiran di pasar Asia dan negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor beras India, seperti Filipina, Malaysia, Vietnam di Asia Tenggara, serta Nigeria, Pantai Gading, dan Senegal di Afrika Barat. India sendiri bertanggung jawab atas sekitar 40% dari perdagangan beras global, sementara barang yang dilarang diekspor mencakup sekitar 15% dari total perdagangan beras global.
Para ahli memperingatkan bahwa larangan ini dapat menyebabkan kenaikan harga beras secara global dan meningkatnya ketidakamanan pangan. Hal ini diperparah oleh banjir bandang di Pakistan tahun lalu, yang telah mengurangi pasokan beras secara global. Ditambah dengan pola cuaca El Nino yang sedang berlangsung, situasi dapat semakin memburuk.
Para analis percaya bahwa larangan ini dapat berdampak jangka panjang jika pasokan beras India tetap kuat. Namun, jika pasokan mulai berkurang, saat larangan dicabut, akan ada banjir beras India di pasar global, yang berpotensi menyebabkan fluktuasi harga dan gangguan pasar.
Di sisi lain, Amerika Serikat berada dalam posisi yang cukup baik karena pasokan beras lokal mencukupi. Para petani beras AS mengalami hasil panen yang baik tahun ini, setelah menghadapi tantangan kekeringan sebelumnya. Mereka menyatakan bahwa pasokan beras di AS aman, meskipun pada pasar khusus tertentu seperti beras wangi dan beraroma, distribusi dan konsumen akan merasakan dampak dari larangan ini.
Banyak distributor dan konsumen di AS yang mengandalkan varietas beras non-basmati India merasa kesulitan seiring dengan terhentinya ekspor. Mereka berharap ada pengecualian untuk varietas beras non-basmati yang populer di kalangan komunitas ekspatriat.
Sementara pemerintah India mungkin mencabut atau melonggarkan larangan jika pasokan di dalam negeri tetap kuat, para ahli memperingatkan bahwa dampak dari larangan ini akan terus terasa di pasar global dan membutuhkan tindakan pencegahan yang hati-hati dari pihak berwenang.