Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kebakaran Australia Dampak Nyata Perubahan Iklim
(Foto : The Guardian)

Kebakaran Australia Dampak Nyata Perubahan Iklim



Berita Baru, Internasional – Para ilmuan mengatakan kebakaran hutan yang melanda Australia adalah peringatan yang jelas untuk seluruh dunia agar tidak mengabaikan peningkatan suhu ke tingkat berbahaya.

“Inilah yang dapat Anda harapkan terjadi pada rata-rata 3C (di atas tingkat pra-industri),” kata Richard Betts, profesor geografi di Universitas Exeter.

“Kami melihat tanda apa yang akan menjadi kondisi normal di dunia 3C. Ini memberi tahu kita seperti apa dunia di masa depan. Ini benar-benar memberi arti perubahan iklim,” lanjutnya.

Rata-rata kenaikan suhu di Australia sekitar 1,4C di atas tingkat pra industri sebelum kebakaran musim ini, menunjukkan tingkat pemanasan yang lebih cepat daripada rata-rata global 1,1C.

Dilansir dari The Guardian, Selasa (14/1), para ilmuwan memperingatkan bahwa di luar kenaikan 2C, dampak kerusakan iklim cenderung menjadi bencana yang tidak dapat diubah.

Namun komitmen global tentang pengurangan emisi gas rumah kaca yang saat ini berada di bawah perjanjian Paris, diperkirakan menempatkan dunia pada jalur untuk pemanasan 3C.

“Ini adalah dampak yang kita lihat pada 1C (pemanasan) sehingga dampak ini akan menjadi lebih (berat) selama kita tidak melakukan apa yang diperlukan untuk menstabilkan iklim dunia,” menurut Corinne Le Quéré, profesor ilmu perubahan iklim dan kebijakan di University of East Anglia (UEA).

“Ini bukan keadaan normal, ini adalah transisi menuju dampak yang lebih besar,” tegas Corinne.

Pemanasan global telah menyebabkan peningkatan frekuensi kebakaran di seluruh dunia, berdasarkan tinjauan dari 57 makalah ilmiah.

Pengelolaan Lahan

Upaya manajemen lahan yang mencoba meminimalisir dampak kebakaran telah membantu mengurangi jumlah kobaran api di Australia, kata Matthew Jones, rekan peneliti di UEA.

“Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan cuaca api di seluruh dunia, tetapi manusia telah memoderasi bagaimana risiko ini diterjemahkan menjadi api. Pengelolaan lahan telah mengurangi insiden kebakaran secara global,” katanya.

Dia mengatakan upaya menumbuhkan kembali hutan setelah kebakaran juga akan membantu.

Reboisasi membantu mengambil karbon dioksida dari atmosfer yang telah dipancarkan sebagai akibat dari kebakaran, meskipun ini akan membutuhkan beberapa dekade untuk pertumbuhan pohon baru.

Area tanah yang terbakar di seluruh dunia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, studi ini menemukan, sebagian besar karena pembukaan sabana untuk pertanian dan orang-orang yang menekan kebakaran.

Lebih banyak kebakaran juga meletus di hutan kanopi tertutup, yang menjadi perhatian khusus karena kemungkinan besar diakibatkan oleh degradasi hutan dan kerusakan iklim.

Betts mengatakan kebakaran hutan ekstrem di Australia menunjukkan arti perubahan iklim yang nyata dan sulit dibayangkan banyak orang.

Pengaruh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia jelas-jelas menjadi penyebab kebakaran di Australia, katanya.

Sebelum konferensi iklim PBB COP26 yang akan di laksanakan di Glasgow pada bulan November, UEA akan menghasilkan studi tentang umpan balik siklus karbon.

Dimana seluruh negara diminta untuk memberikan komitmen yang lebih kuat pada emisi gas rumah kaca untuk memenuhi tujuan perjanjian Paris 2015.