Kagem Jogja: Meniti Pendidikan Setara di Pinggiran Kota Yogyakarta
Berita Baru, Yogyakarta – Komunitas Kagem Jogja, yang berfokus pada pendidikan, membuktikan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan meskipun berada jauh dari perkotaan. Pernyataan ini disampaikan oleh Naswa, salah satu anggota pengajar Kagem Jogja, saat menerima kunjungan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga.
“Penyetaraan pendidikan untuk masyarakat yang berada jauh dari kota, menjadi prioritas dan tujuan kami untuk membangun dan mengembangkan Kagem Jogja itu sendiri,” ujar Naswa.
Kagem Jogja, yang berdiri sejak tahun 2011 atas inisiatif Ibu Ayik, telah membantu ratusan anak-anak dari keluarga kurang mampu dalam memahami materi pembelajaran. Terinspirasi dari latar belakang pendidikan Ibu Ayik, yang merupakan seorang dosen di UNY, Kagem Jogja mendedikasikan diri untuk membantu anak-anak dalam proses pembelajaran.
“Dibangun pada tahun 2011 dan disosialisasikan secara resmi tahun 2012, Kagem Jogja telah menjadi wadah pembelajaran selama sekitar 11 tahun,” tambahnya.
Berbeda dengan sistem pengajaran konvensional, Kagem Jogja tidak hanya berfokus pada kurikulum buatan mereka sendiri. Mereka menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak-anak. Sistem pengajaran ini melibatkan relawan pelajar, atau yang dikenal sebagai “Punggawa,” yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.
“Kami mendampingi anak-anak dari tingkat TK, SD, SMP, hingga beberapa anak-anak yang belum usia sekolah. Para Punggawa kami, lebih dari seratus Pengajar mahasiswa, telah aktif mengajar selama 11 tahun terakhir,” jelas Naswa.
Open Recruitment untuk menjadi anggota Punggawa dilakukan tidak setiap tahun, melainkan ketika anggota yang aktif mengajar dirasa mulai berkurang. Sistem rekrutmen tidak hanya melibatkan Open Recruitment tetapi juga melalui relasi, di mana calon voluntir dapat bergabung melalui teman Punggawa yang sudah aktif.
Selain itu, Kagem Jogja juga mengadakan kegiatan pembelajaran di luar ruangan setiap semester untuk memberikan suasana baru dan menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan.
Naswa menjelaskan, “Waktu mengajar kami tidak dilaksanakan setiap hari, namun hanya tiga kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa dan Kamis sore, serta Minggu pagi.”
Meskipun bukan lembaga yang berafiliasi dengan siapa pun, Kagem Jogja tetap terbuka untuk donasi. Pembiayaan mereka dilakukan secara mandiri tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Dosen mata kuliah Komunikasi Kelompok dan Organisasi, Mochammad Sinung Restendy menyatakan, “Kegiatan organisasi seperti Kagem Jogja pasti berawal dari kegelisahan dan keresahan, yang pada akhirnya menggerakan hati untuk berbuat dan membangun untuk mengatasi kegelisahan yang ada.”
Dalam penutupannya, Sinung berharap keberhasilan Kagem Jogja dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk mendirikan organisasi serupa di wilayah masing-masing.