Jokowi Berharap Kartu Pra Kerja Diimplementasikan Januari
Berita Baru, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan agar Kartu Pra Kerja segera bisa diimplementasikan tahun depan. Ia juga meminta agar para pencari kerja, pemilik Kartu Pra Kerja bisa memilih langsung pelatihan atau kursus yang diminati melalui platform digital yang disiapkan.
“Mereka boleh memilih pelatihan yang diminati, mulai dari misalnya barista kopi, animasi, desain grafis, bahasa Inggris, komputer, teknisi, mungkin programming, coding,” kata Presiden Jokowi saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas mengenai Program Kartu Pra Kerja, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (12/11) siang.
Presiden berharapkan agar (program ini, red) dikerjakan secara masif lewat media jasa swasta yang diprioritaskan. Presiden juga berharap BUMN juga ikut campur, menurutnya BUMN memiliki tempat-tempat pelatihan yang sangat representatif. Kemudian, lanjut Presiden, baru BLK (Balai Latihan Kerja) yang diberikan porsi sesuai yang sudah ada yang saja.
Selain para pencari kerja, menurut Presiden, korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) juga perlu diberikan yang ingin meningkatkan ketrampilannya melalui program rescaling maupun upscaling.
“Kembali lagi ini tolong juga diberikan kepada swasta, kepada BUMN urut-urutannya, dan BLK,” tegas Presiden seraya menambahkan, perlunya mencoba berbicara dengan swasta yang memang sudah berkecimpung di dunia ini, seperti yang sering disampaikannya ISS, Kompas.
“Diajak bicaralah mereka, dan lain-lainnya masih banyak,” sambungnya. Presiden betul-betul berharap, menginjak Januari proram ini sudah mulai dijalankan.
Urusan Mendikbud
Sebelumnya saat mengawai pengantarnya pada ratas itu, Presiden Jokowi mengemukakan, terkait dengan Kartu Pra Kerja itu, fokus pemerintah ada dua.
Pertama bagaimana mempersiapkan angkatan kerja baru agar bisa terserap dengan kebutuhan di dunia kerja atau bahkan kalau bisa ini menciptakan lapangan kerja baru sebagai entrepreneur.
Kedua, menurut Presiden, peningkatan keterampilan angkatan kerja existing agar semakin produktif dan memiliki daya saing.
Ia menunjukkan catatan 58% tenaga kerja kita itu lulusan SMP ke bawah, karena itu reformasi harus dimulai dari hulunya, yaitu pembenahan sistem pendidikan dan pelatihan vokasi.
“Ini urusannya Mendikbud. Yang kita harapkan juga disambungkan dengan kebutuhan dunia usaha dan kebutuhan di dunia industri,” kata Presiden Jokowi. [MAY/EN/JAY/ES]