Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Joe Biden Resmi Tetapkan Pembantaian Armenia Oleh Ottoman Turki Sebagai Genosida
(Foto: BBC)

Joe Biden Resmi Tetapkan Pembantaian Armenia Oleh Ottoman Turki Sebagai Genosida



Berita Baru, Internasional – Presiden AS, Joe Biden telah secara resmi menetapkan pembantaian Armenia tahun 1915 oleh Kekaisaran Ottoman Turki sebagai genosida.

Merupakan presiden pertama AS yang dengan berani mengambil langkah tersebut di tengah sensitifnya hubungan antara kedua belah pihak negara.

Turki, seperti dilansir dari BBC, Minggu (25/4), mengakui kekejaman dalam peristiwa pembantaian tetapi menolak istilah “genosida.”

Pada hari Sabtu (24/4), Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa Turki “sepenuhnya menolak” keputusan AS.

“Kami tidak akan mengambil pelajaran dari siapa pun tentang sejarah kami,” cuitnya.

Belakangan kementerian luar negeri Turki mengatakan telah memanggil duta besar AS untuk menyampaikan reaksi keras Ankara.

Sebelumnya, pemerintah AS belum menggunakan istilah genosida dalam pernyataan resminya, karena khawatir akan terjadi carut marut yang akan merusak hubungannya dengan Turki, selaku sekutu NATO.

Apa yang terjadi pada tahun 1915?

Turki Utsmaniyah menuduh orang-orang Armenia Kristen melakukan pengkhianatan setelah menderita kekalahan telak di tangan pasukan Rusia dan mulai mendeportasi mereka secara massal ke gurun Suriah dan tempat lain. Ratusan ribu orang Armenia dibantai dan meninggal karena kelaparan atau penyakit.

Fakta-fakta kekejaman dicatat secara luas pada saat itu oleh para saksi termasuk jurnalis, misionaris, dan diplomat.

Sampai saat ini, jumlah orang Armenia yang tewas dalam peristiwa pembantaian masih didperdebatkan. Pihak Armenia mengatakan sekitar 1,5 juta orang tewas. Sementara Turki memperkirakan totalnya mendekati 300.000. Menurut Asosiasi Internasional Cendekiawan Genosida (IAGS), jumlah korban tewas “lebih dari satu juta”.

Meskipun para pejabat Turki telah menerima bahwa kekejaman telah terjadi, mereka mengatakan bahwa berpendapat bahwa tidak ada upaya sistematis untuk menghancurkan orang-orang Kristen Armenia. Turki mengatakan banyak Muslim Turki juga tewas dalam kekacauan Perang Dunia Pertama.

Keputusan Biden termuan dalam sebuah rilis yang diterbitkan tepat ketika Armenia memperingati peristiwa tersebut pada Minggu 25 April 2021, ia mengatakan: “Kami mengingat kehidupan semua orang yang tewas dalam genosida Armenia era Ottoman dan berkomitmen kembali untuk mencegah kekejaman yang demikian terjadi lagi. Dan kami ingat agar kami tetap waspada terhadap pengaruh korosif dari kebencian dalam segala bentuknya.”

Biden menegaskan bahwa langkah yang diambilnya diniatkan bukan untuk menyalahkan tetapi untuk memastikan bahwa apa yang terjadi tidak terulang kembali.

Salah seorang pejabat pemerintahan Biden mengatakan kepada wartawan bahwa keputusan untuk secara resmi menggunakan istilah “genosida” semata-mata sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kasus hak asasi manusia.

Pada tahun 1981, saat AS dipimpin oleh Ronald Reagan, ia telah merujuk “genosida Armenia” dalam sebuah proklamasi tentang Holocaust, tetapi banyak yang menolak hingga kemudian era setelahnya menghindari istilah tersebut sampai sekarang.

Sementara mantan presdien AS, Donald Trump, mengatakan mereka tidak menganggap pembunuhan itu sebagai genosida. Trump malah menyebutnya sebagai “salah satu kekejaman massal terburuk di abad ke-20”.

Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, menyebut langkah Biden sebagai salah satu cara untuk menolak lupa atas nyawa yang berjatuhan dalam insiden pembantaian, ia menambahkan dalam sebuah tweet: “AS sekali lagi menunjukkan komitmennya yang teguh untuk melindungi hak asasi manusia dan nilai-nilai universal.”

Kementerian luar negeri Turki menanggapi keputusan Biden dengan marah, ia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menolak dan mengutuk istilah dalam pernyataan itu dengan mengatakan bahwa langkah tersebut dibuat di bawah tekanan lingkaran Armenia radikal dan kelompok anti-Turki.

Ia memperingatkan bahwa langkah itu akan membuka luka yang dalam yang merusak rasa saling percaya dan persahabatan kedua negara.