Jernihkan Tuduhan Said Didu Soal Mafia Utang, Prastowo: Tanpa Data dan Fakta
Berita Baru, Jakarta – Baru-baru ini mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu kembali melontarkan kritik terhadap pemerintah. Kali ini kritiknya terkait dengan utang yang ia sebut sedang menjebak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Perlu diwaspadai adanya mafia utang yg menjebak NKRI krn selain jumlah yg makin besar, juga bunga makin tinggi – bunga jauh lebih tinggi dari bunga utang negara lain.” tulis Said Didu melalui akun twitter @msaid_didu pada Rabu (2/9) pukul 18.02 WIB.
Beberapa jam kemudian, cuitan tersebut ditanggapi oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo. Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) tersebut menyebut akan menjelaskan data dan membahas cuitan tersebut pada esok (Kamis_red.) pagi.
“Besok pagi kita bahas ini ya. Saya akan jelaskan dengan data, bukan kata saya, kami, atau mereka.” cuit Prastowo juga melalui akun twitter pribadinya @prastow pada pukul 22.03 WIB.
Sesuai janjinya, Prastowo menyampaikan penjelasan pada Kamis (3/9) pagi. Menurutnya pernyataan Said Didu tidak fair dan cenderung fitnah karena menuduh ada mafia utang dan juga menyebut bunga utang Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lain.
“Selamat pagi. Saya akan bahas pernyataan Om @msaid_didu ini. Menurut saya ini tidak fair dan cenderung fitnah karena menuduh ada mafia utang dan bilang bunga utang makin tinggi. Ditambahi: lebih tinggi dibanding bunga utang negara lain. Hebatnya: tanpa data dan fakta!” Kata Prastowo membuka penjelasannya.
Dalam penjelasannya Prastowo menyampaikan grafik Yield SBN yang menunjukkan bunga utang Indonesia justru mengalami penurunan dibandingkan Brazil, Afrika Selatan dan Meksiko.
“Benarkah bunga utang kita makin tinggi? Om @msaid_didu tidak memberikan data. Kalau hanya pernyataan tanpa bukti ya suudzon dong Pak. Sila lihat grafik yield SBN 10 thn ini, merah Indonesia. Cenderung turun kan? Dibanding peer countries, kita lbh rendah dari Afsel dan Brazil.” lanjut Prastowo.
Selain Yield Indonesia yang terus menurun, Prastowo juga menguraikan bahwa kepemilikan asing juga turun, sebaliknya aliran modal masuk mulai meningkat. Hal ini membuktikan pengelolaan kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati dan terukur telah membuahkan hasil yaitu berupa kepercayaan pasar.
“Biar jelas silakan disimak grafik di bawah ini. Yield Indonesia turun (hijau), kepemilikan asing juga turun, aliran modal masuk mulai naik. Ada kepercayaan pasar dan pengelolaan kebijakan moneter dan fiskal yg hati-hati dan terukur. Betul kan Om @msaid_didu?” beber Prastowo lugas.
Di sisi lain Prastowo juga mengakui bahwa jumlah utang memang mengalami peningkatan karena disebabkan oleh adanya peningkatan defisit dalam rangka membiayai pandemi COVID-19. Oleh karena itu ia mempersilahkan semua pihak untuk mengecek perkembangan utang Indonesia, karena hal itu bagian dari upaya mempromosikan transparansi dan akuntabilitas.
“Demi transparansi dan akuntabilitas, silakan cek perkembangan utang Indonesia. Memang jumlah utang naik, kan sdh jelas karena defisit fiskal naik utk membiayai pandemi. Rasionya otomatis naik, tapi semua msh terjaga di level aman.” tegasnya.