Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian. Foto: Iranintl.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian. Foto: Iranintl.

Jelang Putaran Terakhir Pembicaraan Wina, Iran Minta Jaminan Tegas AS



Berita Baru, Teheran – Dalam upaya untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran 2015 (JCPOA), Iran minta jaminan tegas AS, selain meminta agar AS juga mencabut sanksinya, kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian pada Sabtu (5/2).

“Pencabutan beberapa sanksi dengan sendirinya dapat diterjemahkan menjadi itikad baik,” kata Hossein Amirabdollahian, dalam laporan berita lokal Iran.

“Sementara yang di atas kertas itu bagus, tapi itu tidak cukup,” tambahnya.

Sebelumnya, pada Jumat (4/2), AS sedang mempertimbangkan opsi untuk memulihkan keringanan sanksi kepada Iran dan mengizinkan proyek kerja sama nuklir internasional.

Opsi tersebut muncul lantaran pembicaraan tidak langsung AS-Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir memasuki tahap terakhir di Wina.

Menanggapi itu, Amirabdollahian mengatakan salah satu masalah utama dalam pembicaraan Wina adalah mendapatkan “jaminan, terutama dari Barat, untuk memenuhi kewajiban mereka.”

“Kami menuntut jaminan di bidang politik, hukum, dan ekonomi. Kesepakatan tertentu telah tercapai, ”tambahnya.

Sejak April 2021, AS dan Iran sudah melakukan delapan kali putaran pembicaraan tidak langsung di Wina untuk mengembalikan JCPOA antara Iran dengan P5+1 yaitu, Amerika Serikat, China, Rusia, Prancis, Jerman dan Inggris.

Merujuk pada kesepakatan nuklir 2015, Iran menyatakan kesediaannya untuk memusnahkan cadangan uranium yang diperkaya di tingkat sedang, mengurangi 98% cadangan uranium yang diperkaya dengan tingkat rendah, dan mengurangi sekitar 2/3 jumlah pemusing gas yang dimilikinya selama 13 tahun.

Namun, di tahun 2018, pada masa pemerintahan Donald Trump, AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan dan memberikan “sanksi keras” pada Iran, termasuk embargo ekonomi.

Setelah AS menarik diri dari perjanjian, Iran kemudian secara bertahap mulai melanggar pembatasan program nuklirnya dan meningkatkan cadangan uranium yang diperkaya di tingkat tinggi. Iran mengatakan itu bertujuan untuk damai.

Pada gilirannya, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani menegaskan bahwa Iran berhak untuk melanjutkan penelitian demi “pencapaian nuklir dama”.

“Hak hukum Iran untuk melanjutkan penelitian dan pengembangan dan mempertahankan kemampuan dan pencapaian nuklir damai, berdampingan dengan keamanannya … tidak dapat dikekang. dengan kesepakatan apapun,” kata Shamkhani.