Jelang Pilpres 2020, Intelijen AS: Rusia Akan Memenangkan Trump Lagi
Berita Baru, Internasional – Pada April 2019, Robert Mueller selaku Penasihat Khusus AS saat itu menyimpulkan dalam sebuah laporan bahwa dalam penyelidikannya, ia tidak menemukan bukti adanya kerja sama antara Trump dan Rusia dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2016.
Namun demikian, menurut The New York Times – yang mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya – mengatakan bahwa Rusia ikut campur dalam kampanye Pilpres AS 2020 “untuk memenangkan Presiden Trump lagi.”
Klaim tersebut dibuat oleh para pejabat intelijen nasional AS selama Pengarahan Komite Intelijen 13 Februari. Saat itu mereka menuduh Rusia ikut campur baik dalam Pemilihan Primer Demokrat 2020 (Democratic primaries) dan pemilihan umum.
Para intelijen AS menegaskan bahwa salah satu upaya campur tangan Rusia dalam Pilpres adalah untuk merusak kepercayaan pada sistem pemilihan Amerika dengan cara “serangan ransomware untuk merusak atau mengganggu sistem pemungutan suara atau database registrasi.”
Sumber dari New York Times menyebut bahwa selama acara pengarahan itu, sekutu Trump menolak tuduhan “dengan alasan bahwa ia bersikap tegas terhadap Rusia dan memperkuat keamanan Eropa.”
Baik Kantor Direktur Intelijen Nasional maupun Gedung Putih belum mengomentari masalah ini.
Menurut sumber-sumber itu, tak lama setelah pengarahan, Trump mengecam Direktur Eksekutif Intelijen Nasional Joseph Maguire yang telah mengizinkan staffnya untuk tampil dalam acara Pengarahan Komite Intelijen 13 Februari.
POTUS secara khusus menunjukkan fakta bahwa acara Pengarahan Komite Intelejen itu dihadiri oleh Perwakilan Demokrat Adam Schiff, yang memimpin proses pemakzulan Trump. Dengan diadakannya acara itu, Trump khawatir akan “mempersenjatai” intelijen terkait dugaan dukungan Rusia kepadanya.
Pertemuan Komite Intelijen 13 Februari itu kemudian membuat Trump geram dan ia langsung mengumumkan akan mengganti Maguire dengan Duta Besar AS untuk Jerman Richard Grenell. Namun, Gedung Putih mengklaim bahwa waktu itu murni kebetulan.
Tuduhan tentang campur tangan Rusia dalam Pilpres AS itu muncul setelah Penasihat Khusus AS Robert Mueller menyimpulkan dalam laporannya pada April 2019 bahwa bahwa ia tidak menemukan bukti adanya kerja sama antara Trump dan Rusia dalam Pilpres AS 2016.
Sementara itu, Rusia sendiri telah berulang kali membantah tuduhan ikut campur dalam sistem politik AS. Dan juga, Trump sendiri membantah tuduhan itu dan mengatakan tuduhan sebagai “political witch hunt.”
Penerjemah | Ipung |
Sumber | Sputnik News |