Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

JATAM
Panel Discussion ICMMS 2024. (Dok: Foto Istimewa)

JATAM Kritik Summit Energi Bali, Transisi Energi Dinilai Hanya Dalih Eksploitasi Tambang



Berita Baru, Bali – Selama dua hari, pada (5-6/9/2024), “International Critical Minerals and Metals Summit” (ICMMS) digelar di Bali, menghadirkan perwakilan industri tambang, energi, penyedia pembiayaan, hingga lembaga-lembaga non-pemerintah (NGO) yang mempromosikan industri ekstraktif. Pertemuan ini bertujuan membahas masa depan industri tambang dan energi, terutama terkait transisi energi yang sedang didorong secara global. Namun, ada isu-isu penting yang tidak dibahas dalam pertemuan tersebut.

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menyebutkan dalam siaran pers yang terbit di laman instagramnya, @jatamnas, pada Senin (9/9/2024) bahwa isu rasisme, dampak pendudukan di wilayah-wilayah daratan Indonesia, dan percepatan kerusakan ekologis justru terabaikan. “Mereka berbicara tentang investasi berkelanjutan, tetapi sama sekali tidak menyinggung masalah-masalah yang dihadapi masyarakat lokal yang terdampak langsung oleh proyek-proyek tambang ini,” ujar JATAM dalam siaran persnya.

Acara tersebut mengedepankan transisi energi sebagai magnet utama, terutama terkait upaya menurunkan emisi karbon guna mencegah bencana iklim. Namun, JATAM mengkritik bahwa dalih “transisi energi” ini sering kali hanya menjadi alasan untuk mempercepat proyek-proyek tambang besar yang merusak lingkungan. “Apa yang disebut sebagai transisi energi sebenarnya hanyalah dalih untuk melanjutkan eksploitasi sumber daya di kepulauan Indonesia. Akibatnya, kerusakan ekologis semakin parah,” tegas JATAM.

Menurut JATAM, beberapa wilayah di Indonesia yang kaya akan mineral seperti nikel dan kobalt, menjadi target utama proyek-proyek tambang. Meskipun cadangan global nikel masih cukup besar, ekstraksi mineral ini terus digenjot dengan alasan kebutuhan industri baterai dan energi terbarukan. Namun, dampak sosial dan ekologis yang dihasilkan, terutama bagi masyarakat lokal, sering kali diabaikan dalam hitung-hitungan ekonomi para pelaku industri.

Lebih lanjut, JATAM menyoroti bahwa setelah acara “Summit” ditutup, akan digelar pula “Coaltrans Asia 2024” yang mempromosikan perdagangan batubara internasional. “Ironis sekali, dalam satu minggu, Bali menjadi tuan rumah bagi dua acara besar yang bertolak belakang—satu berbicara tentang energi terbarukan, sementara yang lain justru tentang promosi batubara. Ini jelas menunjukkan bahwa yang bersih dan yang kotor hanya menjadi perbedaan kelas aset bagi korporasi,” pungkas JATAM.

JATAM juga mengingatkan bahwa percepatan ekstraksi mineral di kepulauan Indonesia tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga memicu pengungsian dan kemiskinan bagi masyarakat lokal. Mereka menyerukan penegakan hukum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proyek-proyek tersebut serta para pejabat negara yang menjadi sponsor dan pelindungnya.