Jabat Tangan Lemah Pertanda Masalah Kesehatan Kedepannya
Berita Baru , Australia – Jabat tangan yang lemah mungkin merupakan tanda masalah kesehatan jangka panjang dan penuaan dini pada pria karena kadar oksigen yang lebih rendah dalam darah mereka.
Dilansir dari Dailymail.co.uk , peneliti Australia telah menemukan hubungan antara kekuatan jabat tangan tangan seseorang yang buruk dan gejala hipoksemia atau rendahnya kadar oksigen dalam darah.
Para ahli mengujinya dari pria paruh baya hingga lanjut usia pada kekuatan Jabat tangan dan saturasi oksigen darah mereka. sambil mengukur lemak dan massa tubuh serta mencata informasi gaya hidup, seperti diet, status merokok, dan aktivitas fisik peserta.
Mereka menemukan hubungan antara rendahnya tingkat saturasi oksigen dalam darah dan kekuatan cengkeraman yang lebih lemah, terlepas dari apakah massa otot mereka tinggi atau rendah.
Para ahli berpendapat bahwa cengkeraman yang rendah bisa menjadi tanda hipoksemia, atau yang mengganggu fungsi jantung dan otak karena gagalnya tubuh mengirimkan cukup oksigen ke organ.
Sementara penelitian telah menunjukkan hubungan antara kedua faktor tersebut, meskipun kausalitas tidak dapat ditentukan. Atau berarti tidak pasti bahwa hipoksemia menyebabkan cengkraman yang lebih lemas.
“ Fokus studi saya adalah memeriksa daya kekuatan cengkeraman seseorang namun tidak menunjukkan bahwa orang cenderung menderita kesehatan yang buruk di kemudian hari dan meninggal lebih awal (meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hal itu), ” penulis studi Dr David Stevens di Flinders University di Adelaide, Pada Senin (1/12)
“ Sebaliknya, penelitian saya menunjukkan bahwa, terlepas dari massa otot pria, memburuknya hipoksemia dikaitkan dengan berkurangnya kekuatan cengkeraman mereka.”
Kekuatan cengkeraman tangan yang berkurang sudah dikaitkan dengan peningkatan keparahan berbagai kondisi kronis, termasuk penyakit kardiometabolik dan penyakit paru obstruktif kronik.
Untuk studi baru ini, para peneliti awalnya bertujuan untuk menentukan hubungan antara kekuatan cengkeraman tangan, massa otot, massa lemak, dan gejala gangguan tidur obstructive sleep apnea (OSA).
OSA, gangguan pernapasan saat tidur, adalah gangguan tidur yang berpotensi serius, dan dapat terus menyebabkan hipoksemia dengan membatasi asupan oksigen tubuh.
Peneliti menilai sebanyak 613 pria berusia antara 40 hingga 88 tahun di Men, Androgen, Inflammation, Lifestyle, Environment, and Stress (MAILES). sampel jangka panjang yang telah berjalan sejak 2009 untuk menganalisis risiko penyakit kardiovaskular pada pria.
Mereka menggunakan alat uji dinamometer tangan analog Smedley, seperti perangkat genggam kecil dengan pegangan untuk mengukur kekuatan cengkeraman peserta.
Para ahli juga menggunakan jenis sinar-X khusus yang disebut absorptiometri sinar-X ganda untuk menentukan massa otot seluruh tubuh dan massa lemak.
Peneliti menemukan bahwa berkurangnya kekuatan cengkeraman dikaitkan dengan penurunan oksigen nadi. Dinilai dari banyak waktu yang dihabiskan di bawah 90 persen saturasi oksigen.
Profesor Robert Adams di Universitas Flinders, mengatakan tidak peduli berapa banyak massa otot, tes pegangan sederhana dapat menyoroti masalah mendasar yang berhubungan dengan penuaan dan memburuknya hipoksemia.
“Tanpa tingkat oksigen yang baik dalam darah, kami tidak dapat menggunakan otot yang kami miliki secara maksimal,” katanya.
Dr Stevens mengakui bahwa fakta bahwa semua partisipan adalah laki-laki adalah batasan yang melekat dari penelitian ini, dan berarti hasil penelitian mungkin tidak dapat digeneralisasikan untuk wanita.