Israel Kuburkan 45 Korban Perayaan Situs Ziarah Yahudi
Berita Baru, Internasional – Israel dikabarkan telah mengubur 45 korban tewas dalam tragedi perayaan keagamaan di situs ziarah Yahudi di Gunung Meron pada Jumat (30/4).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berjanji akan menyelidiki insiden yang dianggap sebagai yang terburuk di negara tersebut.
Seperti dilaporkan oleh AFP, kejadian terjadi pada malam hari setelah para peziarah memadati Gunung Meron yang di dalamnya terdapat situs makam terkenal, Rabbi Shimon Bar Yochai, orang bijak Talamud yang hadir di abad kedua.
Masyarakat memadati Gunung Meron karena saat ini sebagian besar orang Yahudi Ultra-Ortodoks atau Haredim sedang menikmati hari libur Lag BaOmer.
Kementerian kesehatan menyebutkan korban tewas sebanyak 45 orang. Sedangkan wakil dari Badan penyelamat Magen David Adom mengungkapkan sedikitnya ada sekitar 150 orang terluka akibat insiden tersebut.
“Banyak warga As yang masuk di antara korban,” ucap seorang juru bicara dari Departemen Luar Negeri.
Pemakaman digelar di Yerusalem dan Kota Bnei Brak yang sebagian besar dihuni kaum Ultra-Ortodoks di mana para pria menggunakan mantel tradisional berwarna hitam panjang dan berbaris di jalan untuk menyampaikan duka. Pemakaman itu dilakukan atas keinginan keluarga korban yang ingin menguburkan keluarga mereka sebelum libur Shabbat.
Shalom Levy, salah seorang yang menghadiri pemakaman menyebut kejadian itu adalah tragedi bagi orang-orang Yahudi. Sementara itu, ayah dari Elazar Goldberg (38) yang menjadi salah satu korban meminta Tuhan untuk melindungi anak-anaknya saat putranya dimakamkan di Yerusalem.
Ziarah itu merupakan pertemuan publik terbesar di Israel sejak pandemi Covid-19 terjadi tahun lalu. Sebelumya, pejabat setempat hanya mengizinkan 10 ribu orang untuk hadir dalam ziarah. Mereka juga telah memberikan peringatan untuk tidak melakukan kerumunan yang berlebih yang dapat memicu penyebaran virus Corona di negara tersebut.
Namun, media Israel mengatakan ada sekitar 90 ribu masa yang datang ke situs bersejarah tersebut meskipun angka tersebut belum bisa dikonfirmasi secara resmi. Beberapa saksi mata mengatakan sejumlah orang saling menginjak saat mereka melalui lorong sempit di situs ziarah tersebut yang membuat banyak korban.
“Yang terjadi di sini sangat memilukan. Ada orang yang tertindih hingga meninggal, termasuk anak-anak,” Netanyahu usai berkunjung ke lokasi ziarah.
“Bencana Gunung Meron adalah salah satu insiden terburuk yang melanda Israel sejak didirikan tujuh dekade lalu. Kami akan melakukan penyelidikan menyeluruh, serius dan mendalam untuk memastikan bahwa bencana semacam itu tidak terulang,” tambah Netanyahu yang menyebut bahwa Minggu (2/5) akan menjadi hari berkabung nasional.
Beberapa saksi lain menyalahkan polisi karena tidak mengizinkan orang keluar melalui tanjakan yang bisa menyelamatkan mereka dari kematian.
“Polisi justru disebut menutup jalan meski lebih banyak orang yang datang dan tidak mengizinkan mereka kluar sehingga banyak korban berjatuhan,” kata Shmuel, 18, kepada AFP.
Ada juga indikasi bahwa peziarah berusaha menerobos barikade lembaran besi saat titik kumpul telah terbentuk.
“Ini membawa saya kembali ke periode pemboman (militan Palestina). Terjadi kekacauan, orang-orang berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri saat mereka saling menghancurkan,” kata Dov Maisel dari layanan penyelamatan United Hatzala.
Kepala polisi Israel Utara Shimon Lavi mengatakan para perwira telah melakukan semua yang mereka bisa untuk menyelamatkan nyawa pada malam tragis tersebut dengan membantu membawa mereka yang terluka ke rumah sakit. Lavi juga menegaskan bahwa dia siap untuk memikul tanggung jawab atas keseluruhan tragedi yang terjadi.
Helikopter militer dan layanan penyelamatan mengevakuasi korban luka dengan sederet mayat yang terbungkus kantong plastik masih tergeletak di tanah. Kementerian kesehatan mengatakan 32 jenazah telah diidentifikasi, dan proses pemeriksaan akan berlanjut setelah hari istirahat Yudaisme.
Israel telah sepenuhnya memvaksinasi lebih dari populasinya atau sekitar 9,3 juta penduduk terhadap virus corona. Tetapi pembatasan pertemuan publik besar-besaran tetap diberlakukan untuk membendung penyebaran virus, termasuk menutup Gunung Meron beserta situs sejarah yang ada di dalamnya sejak tahun lalu.
Meskipun masyarakat Ultra-Ortodoks Yahudi selama pandemi menunjukkan perlawanan terhadap langkah-langkah kesehatan dan keselamatan yang dilakukan oleh pemerintah.
Pasca-dibuka kembali, puluhan ribu orang berkumpul, bernyanyi, menari dan menyalakan api unggun sebelum tragedi mematikan itu terjadi. Ironisnya, libur Lag BaOmer merupakan perayaan berakhirnya wabah yang menewaskan ribuan siswa Talmud pada masa Rabbi Bar Yochai.
Di sisi lain, Presiden Reuven Rivlin menerima pesan belasungkawa termasuk dari Australia, Vatikan, Raja Abdullah II dari negara tetangga Yordania serta dari seluruh negara Eropa.
“Kehilangan nyawa di antara jamaah yang mempraktikkan iman mereka sangat memilukan,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan.
Presiden Palestina Mahmud Abbas mengungkapkan kesedihan atas tragedi yang menelan puluhan nyawa dan mengirimkan doa untuk para korban dan harapan untuk kesembuhan yang terluka. Sedangkan Ratu Inggris Elizabeth berkata dalam pesan belasungkawa atas tragedi mematikan tersebut.