Israel Khawatir Iran Akan Mendapatkan Keringanan Sanksi Tanpa Harus Membatasi Proyek Nuklir
Berita Baru, Jerussalem – Israel khawatir Iran akan mendapatkan keringanan sanksi tanpa harus membatasi proyek nuklir dalam pertemuan Wina, yang berpotensi dapat membuat senjata nuklir, kata Perdana Menteri Israel Naftail Bennett, Minggu (28/11).
Pertemuan Wina yang rencananya akan diselenggarakan besok Senin (29/11) merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir yang telah dihentikan Amerika Serikat di masa mantan Presiden Trump dengan memberikan sanksi keras kepada Iran.
Atas sanksinya itu, Iran kemudian memperbanyak produksi uranium yang diperkaya hingga jauh diambang batas dan membuat khawatir beberapa negara-negara yang terlibat dalam perjanjian.
Israel bukan merupakan anggota dalam kesepakatan nuklir Iran 2015, dengan tegas menentang kesepakatan tersebut karena terlalu terbatas dalam ruang lingkup dan durasi.
“Israel sangat khawatir tentang kesiapan untuk menghapus sanksi dan mengizinkan aliran miliaran (dolar) ke Iran sebagai imbalan atas pembatasan yang tidak memuaskan di bidang nuklir,” kata Bennett kepada kabinetnya dalam sambutan yang disiarkan televisi, sebagaimana dilansir dari Reuters.
Para pemimpin Israel telah lama mengancam aksi militer terhadap Iran jika mereka menganggap diplomasi sebagai jalan buntu karena menyangkalnya sebagai senjata nuklir.
“Ini adalah pesan yang kami sampaikan dalam segala hal, baik ke Amerika atau ke negara lain yang bernegosiasi dengan Iran,” imbuh Bennett.
Namun, Iran pun dengan tegas menyatakan bahwa ambisi nuklir Iran adalah untuk kepentingan “perdamaian”.
Beberapa mengharapkan terobosan dalam pembicaraan sebagai kegiatan pengayaan uranium Iran telah meningkat dalam upaya nyata untuk mendapatkan pengaruh terhadap Barat.
Enam putaran pembicaraan tidak langsung diadakan antara April dan Juni. Babak baru dimulai setelah jeda yang disebabkan oleh pemilihan presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, yang dikenal sebagai seorang yang beraliran keras.