Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

IRGC: Iran akan Terus Mengembangkan dan Memproduksi Rudal Balistik

IRGC: Iran akan Terus Mengembangkan dan Memproduksi Rudal Balistik



Berita Baru, Internasional – Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, menyatakan bahwa Negeri Seribu Mullah itu akan terus mengembangkan dan memproduksi rudal balistik.

Hal tersebut disampaikan Bagheri saat peluncuran rudal jarak jauh generasi terbaru yang dijuluki “Kheibarshekan” pada Rabu, 9 Februari 2022.

“Kami akan terus berada di jalur pertumbuhan, pengembangan, dan keunggulan kekuatan rudal kami, baik dari segi kuantitas maupun kualitas”, kata Bagheri seperti dikutip kantor berita Tasnim.

Rudal Kheibarshekan, seperti dilansir dari Sputnik News, dapat mencapai target jarak hingga 1.450 kilometer dan merupakan tambahan terbaru untuk angkatan bersenjata Iran, menurut IRGC.

Sebelumnya, pada 8 Februari 2022, pasukan tersebut mengatakan bahwa mereka akan segera meluncurkan “rudal strategis” baru yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan telah menjalani tes dalam situasi pertempuran.

Rudal Kheibarshekan adalah proyektil berbasis bahan bakar padat dan waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan peluncuran lebih singkat seperenam dibandingkan dengan persenjataan strategis IRGC lainnya, kantor berita Tasnim melaporkan.

IRGC juga sesumbar bahwa Kheibarshekan mampu menembus pertahanan udara bermanuver selama tahap akhir penerbangannya – ketika rudal sering dicegat karena target yang diproyeksikan dan lintasannya dihitung saat itu.

Namun demikian, program rudal balistik Iran telah lama menuai kritik dari Barat yang khawatir akan digunakan oleh Teheran untuk melawan Israel. Sementara Iran bersikeras bahwa rudal itu bersifat defensif.

Negara-negara Barat telah lama menyerukan kepada Teheran untuk menghentikan pengembangan rudal balistiknya dalam kesepakatan nuklir 2015, tetapi imbauan itu dibiarkan begitu saja oleh Republik Islam Iran.

Tahun lalu, AS sekali lagi mempermasalahkan program rudal Iran dan mendesak agar Republik Islam kooperatif memulihkan perjanjian nuklir, yang dihancurkan oleh Presiden Donald Trump pada 2018.

Washington dilaporkan ingin memasukkan ketentuan tentang pembatasan pengembangan rudal dalam perjanjian baru.

Namun, upaya ini menghadapi tentangan sengit oleh Iran, yang bersikeras untuk memulihkan kesepakatan nuklir dalam bentuk aslinya dari tahun 2015.

“Inilah salah satu alasan mengapa negosiasi di Wina untuk memulihkan kesepakatan nuklir terhenti,” tulis Sputnik News dalam laporannya.