Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Satelit militer pertama bernama Noor terlihat diluncurkan ke orbit oleh Korps Pengawal Revolusi Iran, di Semnan, Iran 22 April 2020. Foto: WANA/Sepah News via Reuters.
Satelit militer pertama bernama Noor terlihat diluncurkan ke orbit oleh Korps Pengawal Revolusi Iran, di Semnan, Iran 22 April 2020. Foto: WANA/Sepah News via Reuters.

Iran Kini Punya Dua Satelit Militer di Orbit



Berita Baru, Teheran – Media pemerintah resmi Iran, IRNA, mengumumkan pada Selasa (8/3) bahwa Iran kini punya dua satelit militer di orbit dengan bumi.

Mengutip sumber dari Pengawal Revolusi Iran (IRGC), Iran berhasil meluncurkan satelit Noor-2. Tidak segera jelas kapan waktu peluncuran. IRGC juga tidak merilis foto atau video peluncuran.

Namun, televisi pemerintah mengidentifikasi peluncuran itu terjadi di timur laut Gurun Shahroud.

“Menurut IRGC, ‘Satelit Noor-2’, satelit militer Iran kedua, diluncurkan dari kapal induk Qased dan ditempatkan di orbit 500 km,” kata laporan IRNA, Selasa (8/3).

“Sekarang Iran memiliki dua satelit militer di orbit dekat dengan bumi,” imbuhnya.

Peluncuran itu terjadi ketika para diplomat top Iran, termasuk Ali Bagheri Kani, tiba-tiba terbang pulang Senin (7/3) malam untuk konsultasi setelah berbulan-bulan melakukan pembicaraan nuklir.

Sehubungan dengan kepulangan para diplomat tersebut, IRNA mengatakan, kepulangan rombongan, Ali Bagheri Kani, sebagai “dalam kerangka konsultasi biasa selama pembicaraan.”

Namun, negosiator utama untuk Uni Eropa tampaknya menyarankan apakah pembicaraan berhasil atau gagal sekarang berada di tangan Iran.

Satelit Noor, yang secara bahasa berarti ‘cahaya’, pertama kali meluncur pada tahun 2020, yang sekaligus menjadi ‘pengumuman’ pada dunia bahwa Iran dapat menjalankan program luar angkasanya sendiri, meskipun saat itu Iran tengah mendapatkan sanksi keras dari AS.

Banyak negara, utama AS, Inggris dan Jerman, mengecam peluncuran tersebut dengan kekhawatiran Iran akan mempersiapkan senjata jarak jauh, mungkin termasuk hulu ledak nuklir.

Akan tetapi, Iran berkali-kali menyangkal bahwa aktivitas luar angkasanya adalah kedok untuk pengembangan rudal balistik serta pihaknya tidak pernah mengejar pengembangan senjata nuklir

Diakui, Iran kini menjadi salah satu negara dengan program rudal terbesar di Timur Tengah.

Sehubungan dengan pembicaraan Wina, yang berupaya untuk mengembalikan kesepakatan nuklir Iran 2015, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian berbicara melalui telepon dengan Lavrov pada Senin (7/3), dengan ancaman sanksi tampaknya dibahas, menurut sebuah pernyataan dari kantornya.

“Kami menentang perang dan pengenaan sanksi, dan jelas bahwa kerja sama antara Republik Islam Iran dan negara mana pun, termasuk Rusia, tidak boleh terpengaruh oleh suasana sanksi,” kata Amirabdollahian dalam pernyataannya.

Kesepakatan nuklir 2015 melihat Iran menempatkan sentrifugal canggih ke dalam penyimpanan di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sambil menjaga pengayaannya pada kemurnian 3,67% dan persediaannya hanya 300 kilogram (661 pon) uranium.