Irak Tak Ingin Jadi Medan Perang AS dan Iran
Berita Baru, Internasional – CEO Crescent Petroleum, Majid Jafar menyatakan Irak tidak ingin terperangkap dalam gelombang pertikaian antara AS dan Iran.
“Mungkin agak terlambat, tetapi (Irak) berusaha menghindari menjadi medan pertempuran antara kedua belah pihak,” kata Kepala Eksekutif perusahaan minyak dan gas UEA itu kepada Squawk Box Europe CNBC pada Senin (20/1).
Dilansir dari CNBC, Selasa (21/1), ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat sejak awal bulan ini setelah serangan udara AS di Baghdad yang menewaskan komandan militer Iran Qasem Soleimani.
“Rakyat Irak ingin melihat hubungan baik di bidang ekonomi dan politik, dan tidak ingin ada campur tangan asing dalam urusan domestik mereka sendiri,” kata Jafar.
“Mereka tidak ingin digunakan tarik ulur antara kedua belah pihak,” lanjutnya.
Masyarakat Irak melakukan aksi protes di Lapangan Tayaran Baghdad, di sebelah timur Lapangan Tahrir, pada 20 Januari 2020 untuk menuntut pemerintah melaksanakan reformasi.
Naasnya, tiga pemrotes Irak harus kehilangan nyawanya setelah membangun barikade untuk menutup jalan-jalan di ibukota.
Sementara Perdana Menteri Irak, Adel Abdul-Mahdi, meminta AS untuk segera melakukan penarikan pasukan bersenjata dari negara itu.
Jafar mengatakan Baghdad tidak menetapkan tenggat waktu dan akan menendang pasukan Amerika segera.
“Irak tidak membutuhkan konflik AS-Iran ini. Kami sangat berharap segalanya segera berakhir,” pungkasnya.