Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ular
Peneliti menemukan adanya kandungan zat squalene pada ular piton sanca, sebagai zat yang digunakan pada vaksin untuk memperkuat imunitas tubuh, Sumber : Dailymail.co.uk

Inovasi Vaksin Covid-19 dari Organ Tubuh Ular Piton



Berita Baru, Amerika Serikat – Menurut studi, ular sanca dari kawasan Florida Everglades dapat digunakan untuk membantu menghasilkan suntikan vaksin Covid-19.

Dilansir dari Dailymail.co.uk, Seorang peneliti dan pemburu ular piton dengan nama “The Wildman” telah bergabung untuk mengeksplorasi apa yang mereka yakini dapat digunakan untuk melawan virus Covid-19.

Pemburu Python Dustin Crum dan Daryl Thompson, sebagai seorang peneliti, dan pengusaha dengan Global Research and Discovery Group dari Winter Haven, mencari ular piton Burma yang invasif untuk menggunakan zat squalene-nya, yang merangsang respons kekebalan yang lebih kuat ketika ditambahkan ke vaksin.

Squalene adalah zat mirip minyak alami yang ditemukan di alam dan diekstraksi secara komersial dari minyak ikan, terutama terdapat dari hati ikan hiu.

Namun, mengekstraknya dari hiu telah menjadi topik kontroversial di kalangan aktivis hewan, tetapi ular piton Burma disini sebagai mahluk invasif yang mendatangkan malapetaka di Everglades dan petugas satwa liar berusaha untuk menyingkirkan makhluk itu.

Crum juga mencatat bahwa seekor ular sepanjang 10 kaki cukup untuk membuat sekitar 3.500 dosis vaksin.

Meskipun Organisasi Kesehatan Dunia menganggap squalene aman untuk vaksin, squalene tidak ada dalam daftar bahan Food and Drug Administration dalam vaksin Pfizer atau Moderna.

Squalene pertama kali digunakan pada 1997 ketika sebanyak 10mg ditambahkan untuk membuat vaksin influenza dan sejak itu, “dua puluh dua juta dosis vaksin influenza Chiron (FLUAD) telah diberikan dengan aman,” menurut WHO. Pada Sabtu (28/02).

Namun, juru bicara Pfizer merilis pernyataan yang mengatakan, “tidak ada produk manusia atau hewan dalam bentuk apa pun dalam obat itu, yang menunjukkan vaksin virus corona perusahaan tidak mengandung zat squalene.”

Ide penggunaan senyawa untuk vaksin COVID-19 telah menjadi lebih populer sejak pandemi melanda dunia tahun lalu, tetapi sumber utamanya adalah ikan hiu, namun aktivis hewan tidak tertarik pada gagasan tersebut.

Stefanie Brendl, pendiri dan direktur eksekutif Shark Allies, mengatakan: “Memanen sesuatu dari hewan liar tidak akan pernah sebagai sesuatu yang berkelanjutan, terutama jika itu adalah predator teratas yang tidak berkembang biak dalam jumlah besar.”

“Ada begitu banyak yang tidak diketahui tentang seberapa besar dan berapa lama pandemi ini akan berlangsung, dan kemudian berapa banyak versi yang harus kami lalui, sehingga jika kami terus menggunakan hiu, jumlah hiu yang diambil untuk produk ini bisa sangat tinggi, tahun demi tahun.”

Dalam sebuah posting Facebook, dia menambahkan: “Kami tidak mencoba memperlambat atau menghalangi produksi vaksin.”

“Kami hanya meminta agar pengujian squalene non-hewani dilakukan bersama squalene hiu sehingga dapat diganti secepatnya.”

Dan inilah mengapa Crum dan Thompson mengeksplorasi ular piton sebagai sumber alternatif.

Ada beberapa khasiat yang benar-benar menyembuhkan pada ular itu. Jika Anda kembali ke pengobatan tradisional, mereka telah menggunakan komponen ular piton selama ribuan tahun, kata Crum kepada FOX13.

Dari posnya di Winter Haven, Thompson mengatakan bahwa penelitiannya sedang berjalan cepat. Mereka akan mempresentasikan temuan mereka melalui Operation Warp Speed ​​kepada Biomedical Advanced Research and Development Authority.

“Dengan mempelajari efek metabolik, kami akan dapat melihat dan menentukan cara baru untuk membuat Squalene. Kita bisa membuatnya dari minyak atau lemak seperti kolesterol,” katanya.

Alasan lain pasangan memilih ular piton sanca adalah karena mereka adalah spesies invasif yang mengambil alih Everglades, menghancurkan daerah tersebut dan membunuh hewan asli Florida.

“Kami mengambil situasi yang buruk dan membuat sesuatu yang baik darinya. Ini berpotensi membantu menyembuhkan banyak orang dan berpotensi menyelamatkan banyak nyawa,” kata Crum.

Beberapa ilmuwan dan masyarakat sebetulnya tidak tertarik dengan konsep penambahan squalene ke dalam vaksin.