Ini Alasan Presiden Turki Menolak Bergabungnya Finlandia dan Swedia ke NATO
Berita Baru, Ankara – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tidak mungkin bagi Turki untuk mendukung Swedia dan Finlandia bergabung dengan aliansi militer transatlantik (NATO) setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Pernyataan Presiden Erdogan tersebut menjadi salah satu kemungkinan rintangan bagi rencana kedua negara untuk bergabung dengan organisasi tersebut.
Berbicara kepada wartawan di Istanbul pada hari Jumat (13/5), Erdogan mengatakan Turki, yang sudah menjadi bagian dari NATO, tidak memiliki “pandangan positif” tentang langkah negara-negara Skandinavia untuk mencari keanggotaan.
Presiden Erdogan bahkan menuduh kedua negara itu sebagai “rumah tamu bagi organisasi teroris”.
“Mereka bahkan anggota parlemen di beberapa negara. Tidak mungkin bagi kami untuk mendukung,” katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Turki telah berulang kali mengkritik Swedia dan negara-negara Eropa Barat lainnya karena penanganannya terhadap organisasi yang dianggap “teroris” oleh Turki, termasuk Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG), serta para pengikut cendekiawan Muslim yang berbasis di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.
Turki mengatakan bahwa para pengiku Gulen (Gulenis) melakukan upaya kudeta pada 2016. Gulen dan para pendukungnya menyangkal tuduhan itu.
Posisi oposisi Turki dapat menimbulkan masalah bagi Swedia dan Finlandia mengingat semua 30 sekutu NATO harus dengan suara bulat menyetujui negara baru menjadi bagian dari aliansi yang dipimpin AS.
Presiden Erdogan mengatakan adalah kesalahan bagi NATO untuk mengakui Yunani, yang dengannya Turki berselisih mengenai sejumlah masalah pada tahun 1952, tahun yang sama ketika Turki bergabung dengan NATO.
Karena itu, Turki mendesak agar “kesalahan serupa” tidak dilakukan sekarang.
Pernyataannya muncul setelah presiden dan perdana menteri Finlandia pada hari Kamis (12/5) mengatakan negara itu harus mendaftar untuk bergabung dengan aliansi “tanpa penundaan”.
Pernyataan tersebut memicu kemarahan Rusia hingga Rusia mengeluarkan ancaman untuk membalas, termasuk dengan langkah-langkah “teknis militer” yang tidak ditentukan.
Finlandia, yang berbatasan dengan Rusia sepanjang 1.300 kilometer (810 mil), diperkirakan akan secara resmi mengumumkan keputusannya pada hari Minggu (15/5) setelah pertemuan para tokoh politik senior negara itu.
Swedia diperkirakan akan mengikutinya.
Menanggapi pernyataan Erdogan pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto mendesak kesabaran dan menyerukan pendekatan langkah demi langkah dalam menanggapi perlawanan Turki. Tidak ada tanggapan langsung dari Swedia.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kedua negara akan diterima dengan cepat ke dalam organisasi jika mereka mengejar keanggotaan.