Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

India akan Tingkatkan Produksi Batubara Domestik Jika Negara Kaya Tidak Stabilkan Harga Energi

India akan Tingkatkan Produksi Batubara Domestik Jika Negara Kaya Tidak Stabilkan Harga Energi



Berita Baru, Internasional – India telah memperingatkan negara-negara kaya terkait dampak buruk konflik Ukraina pada wilayah Selatan. Sejauh ini, India menolak bergabung dengan upaya yang dimotori Barat untuk menghentikan pasokan energi Rusia, dan sebaliknya, India justru mengundang lebih banyak impor minyak mentah dari Moskow untuk memerangi inflasi domestik.

Seperti dilansir dari Spuntik News, India akan dipaksa meningkatkan produksi batu bara domestiknya untuk memenuhi kebutuhan energinya dan mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika negara-negara kaya tidak ikut serta dalam upaya penurunan harga bahan bakar yang sangat tinggi, kata para pejabat kepada Hindustan Times.

Dana Moneter Internasional (IMF) dan pemerintah di seluruh dunia terpaksa merevisi perkiraan pertumbuhan tahun ini karena tekanan inflasi yang disebabkan oleh harga komoditas yang tinggi. Sementra itu, India diharapkan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat tahun ini, di mana IMF memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 6,8 persen.

Tingginya harga minyak mentah dan gas alam cair (LNS) global karena inisiatif negara-negara Barat untuk menghentikan pasokan energi Rusia dari pasar juga dapat mempengaruhi rencana India untuk beralih ke sumber energi bersih sebagai bagian dari janji globalnya untuk memerangi perubahan iklim.

Pernyataan para pejabat India itu bermula dari Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), atau KTT COP27 di Mesir.

Negara-negara berkembang diharapkan dapat menekan negara-negara maju untuk berkontribusi lebih secara finansial dalam memenuhi target transisi energi bersih untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius pada tahun 2030. Peningkatan ketergantungan pada sumber energi konvensional seperti batu bara oleh penghasil emisi besar seperti India dapat mempengaruhi target 1,5 derajat.

Menurut data resmi, India adalah konsumen bahan bakar fosil terbesar ketiga di dunia dan mengimpor 85 persen dari kebutuhan minyak mentahnya dan sekitar 54 persen dari kebutuhan gas alamnya. Dalam upaya untuk transisi ke sumber energi yang lebih bersih, New Delhi berusaha untuk meningkatkan pangsa gas alam dalam bauran energi keseluruhan menjadi 15 persen pada tahun 2030 dari 6,3 persen saat ini.

Tagihan impor LNG India meningkat sekitar 70 persen pada 2021-22 menjadi $13,4 miliar pada 2021-22 dibandingkan dengan $7,9 miliar pada tahun fiskal terakhir, meskipun ekonomi terbesar kelima di dunia itu mengimpor lebih sedikit gas alam pada 2021-22.

Saat ini, LNG telah diperdagangkan pada $50-60 per juta metrik British thermal unit (mmBtu) di pasar spot dibandingkan dengan sekitar $10 per mmBtu sebelum Moskow meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina Februari ini.

Harga energi dan pangan yang tinggi telah menyebabkan inflasi ritel yang lebih tinggi dari biasanya, yang terus bertahan di atas enam persen sejak Januari tahun ini. Inflasi ritel mencapai 7,41 persen pada bulan September, lebih tinggi dari batas ‘toleransi’ inflasi Reserve Bank of India (RBI) sebesar enam persen.

Harga yang tinggi telah mendorong peningkatan produksi batubara dalam negeri. Prahlad Joshi, menteri batubara federal, mengatakan pekan lalu bahwa New Delhi mengharapkan produksi batubara pada tahun fiskal saat ini mencapai 900 juta metrik ton, dibandingkan dengan 778 juta ton pada 2021-22.

Angka resmi yang diterbitkan kementerian batu bara menunjukkan produksi batu bara dalam negeri hingga Oktober tahun ini sudah naik 18 persen.

“Pemerintah fokus pada produksi batu bara dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi India. Fokusnya adalah melibatkan sektor swasta dalam produksi batu bara sehingga ketergantungan pada batu bara impor dapat diminimalkan,” kata seorang pejabat India dilaporkan.