INDEF: Pertumbuhan Ekonomi 2023 Belum Maksimal
Berita Baru, Jakarta – Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2023 belum mencapai tingkat maksimal.
Esther menyatakan bahwa pertumbuhan sebesar 5 persen masih terlalu bergantung pada konsumsi rumah tangga sebagai sumber utama pertumbuhan dari sisi pengeluaran.
“Dalam pandangan saya, pertumbuhan sebesar 5 persen ini belum mencapai tingkat maksimal. Kenapa? Karena mesin pertumbuhannya masih terpusat pada konsumsi rumah tangga. Sementara investasi, ekspor, itu belum. Government spending juga masih kurang,” ujar Esther seperti dikutip dari Antara, Selasa (6/2/2024).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga tumbuh 4,82 persen pada 2023, dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,55 persen. Esther memperingatkan bahwa mengandalkan konsumsi rumah tangga untuk menopang pertumbuhan ekonomi tidaklah berkelanjutan, terutama setelah pengalaman kontraksi ekonomi saat pandemi COVID-19.
“Ketika COVID-19, semua mobilitas terbatas, maka konsumsi juga akan terbatas sehingga itu membuat pertumbuhan ekonomi kita nyungsep. Coba kalau pada saat itu masih ada mesin pertumbuhan ekonomi investasi, ekspor tetap jalan, atau pengeluaran pemerintah tetap jalan, maka saya rasa tidak terlalu nyungsep,” tambahnya.
Dari sisi produksi, BPS mencatat bahwa industri pengolahan atau manufaktur menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,95 persen. Esther menyoroti pentingnya mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan dan menghindari fenomena deindustrialisasi dini.
“Sektor yang harus lebih banyak dikembangkan adalah industri manufaktur karena padat karya. Namun, kita mengalami deindustrialisasi dini. Investasi yang masuk ke industri pengolahan cenderung padat modal, sedangkan Indonesia membutuhkan investasi padat karya untuk mengurangi tingkat pengangguran,” ungkap Esther.