Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

INDEF
INDEF gelar Webinar Evaluasi Ekonomi Indonesia 2021 pada hari Rabu (8/12). (Foto: Istimewa/INDEF)

INDEF Evaluasi Ekonomi Indonesia 2021



Berita Baru, Jakarta – Pasang surut dinamika ekonomi Indonesia di tengah serangan wabah COVID-19 dan berbagai upaya rumusan pemulihan yang dilakukan pemerintah menarik perhatian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Atas dasar itulah INDEF menggelar Webinar Evaluasi Ekonomi Indonesia 2021 pada hari Rabu (8/12) kemarin, dengan melibatkan Ekonom Milenial Indef sebagai narasumber. Diantaranya, Media Askar, Eisha Maghfiruha Rachbini, Imaduddin Abdullah, dan Riza Annisa Pujarama.

Riza Annisa Pujarama melihat target pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 oleh pemerintah di angka 5,5 persen hingga 6 persen tidaklah mudah. Meskipun telah mengacu pada beberapa indikator yang sejak Oktober hingga awal Desember menunjukkan tren positif.

“Rata-rata pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2021 adalah sebesar 3,28 persen, sehingga upaya mencapai target sesuai APBN di 5 persen tidak mudah dicapai dengan sisa waktu bulan,” kata Riza Annisa.

Untuk mencapai target di tahun 2022, menurut Riza pemerintah perlu memberikan perhatikan terhadap beberapa hal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi menuju tren positif.

“Mulai dari kualitas SDM, memperkuat daya saing ekspor, mendorong industri manufaktur, bantuan sosial tepat sasaran, mendorong daya beli masyarakat, menjaga stabilitas nilai tukar, menekan yield SBN, efisiensi dan PEN, mitigasi Varian COVID-1, dan Investasi Kesehatan,” tukasnya.

Di sektor Energi, Imaduddin Abdullah menuturkan hampir di semua negara, termasuk di Indonesia, dalam melakukan evaluasi di tahun 2021 tidak terlepas dari perkembangan pandemi COVID-19. Karena wabah tersebut cukup berpengaruh dalam pengambilan kebijakan.

“Di level nasional, pandemi tetap memberikan dampak terhadap sektor ekonomi dan energi. Walaupun sektor energi ini sangat terbantu oleh peningkatan harga komoditas global yang sangat signifikan dan dipengaruhi oleh ketimpangan yang terjadi di antara konsumsi dan produksi di level global,”

Imaduddin juga menyebut ke depan sektor energi mengalami tantangan yang cukup besar. “Pertama adalah tantangan pandemi. Kedua adalah target energi nasional di tengah keterbatasan fiskal,” tuturnya.

Terkait evaluasi Industri, perdagangan dan ketenagakerjaan di tahun 2021, Media Askar menyampaikan hampir semuanya mengalami kontraksi. Meski demikian, masih terlihat di beberapa sektor tumbuh positif dan cukup potensial untuk terus digenjot kedepannya.

“Menurut hemat saya, sektor-sektor yang masih tumbuh positif ini harusnya bisa lebih kuat lagi pertumbuhannya khususnya industri perdagangan besar dan eceran, industri mobil dan sepeda motor, serta pertambangan dan galian,” ungkapnya.

Adapun yang menjadi catatan, lanjutnya, industri pengolahan, akomodasi makanan dan minuman serta jasa pendidikan mengalami pertumbuhan yang sangat lambat. “memang ini tidak mudah, terutama dari segi COVID-19 yang juga masih terus muncul varian baru,” imbuhnya.

Terkait ketenagakerjaan, Media Askar justru melihat adanya kontradiksi dari rilis pemerintah yang mengklaim berkurangnya angka pengangguran di Indonesia meskipun di tengah pandemi.

“Jadi memang angka pengangguran secara persentase berkurang, tetapi justru data dua orang bekerja relatif tetap. Jadi sebenarnya kontradiksi. Harusnya kalau pengangguran berkurang jumlah orang yang bekerja bertambah,” ungkapnya.

Menariknya, tutur Media Askar, BPS dalam rilisnya justru mendefinisikan pekerja tanpa dibayar bukanlah pengangguran. “Padahal orang-orang ini pengangguran. Jadi kalau kita boleh jujur sebenarnya turbulensi di sektor ketenagakerjaan besar sekali,” tukasnya.

Terkait peran UMKM terhadap perekonomian Indonesia, Eisha Maghfiruha Rachbini, melihat memang mendominasi struktur unit usaha di tanah air hingga 99%. Namun demikian dampaknya terhadap ekonomi tidak begitu besar.

“Dari sekian banyaknya unit usaha di Indonesia ternyata UMKM hanya memberikan kontribusi sebesar 60%  terhadap DJP nasional. Namu UMKM memberikan lapangan pekerjaan yang banyak sekali terhadap masyarakat Indonesia, dimana penyerapannya adalah sebesar hampir 97%,” terangnya.