Ilmuwan: Manusia Modern Hanya Memiliki 7 Persen DNA Unik
Berita Baru, Washington – Para ilmuwan mengambil langkah lain untuk memecahkan misteri abadi dengan alat baru yang memungkinkan perbandingan antara DNA manusia modern dan DNA nenek moyang kita–yang telah punah–secara lebih tepat.
Penelitian terbaru menunjukkan hanya 7% dari genom kita secara unik berbeda dengan milik nenek moyang kita terdahulu. Ini berarti, kita memiliki lebih banyak kesamaan dengan nenek moyang kita dulu daripada yang diteorikan sebelumnya.
Penelitian itu diterbitkan Jumat (16/7) kemarin di jurnal Science Advances berjudul An ancestral recombination graph of human, Neanderthal, and Denisovan genomes.
“Itu persentase yang cukup kecil,” kata Nathan Schaefer, ahli biologi komputasi Universitas California dan rekan penulis penelitian tersebut kepada AP.
“Temuan semacam ini adalah mengapa para ilmuwan berpaling dari pemikiran bahwa kita manusia sangat berbeda dari Neanderthal [anggota genus Homo yang telah punah dan berasal dari zaman Pleistosen],” imbuhnya.
Penelitian ini mengacu pada DNA yang diekstraksi dari sisa-sisa fosil Neanderthal dan Denisovan yang sekarang sudah punah yang berasal dari sekitar 40.000 atau 50.000 tahun yang lalu, serta dari 279 orang modern dari seluruh dunia.
Para ilmuwan sudah tahu bahwa orang modern berbagi beberapa DNA dengan Neanderthal, tetapi orang yang berbeda berbagi bagian genom yang berbeda. Salah satu tujuan dari penelitian baru ini adalah untuk mengidentifikasi gen yang eksklusif untuk manusia modern.
Ini adalah masalah statistik yang sulit, dan para peneliti “mengembangkan alat berharga yang memperhitungkan data yang hilang dalam genom kuno,” kata John Hawks, ahli paleoantropologi di University of Wisconsin, Madison, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Para peneliti juga menemukan bahwa bagian yang lebih kecil dari genom kita (hanya 1,5%) keduanya unik untuk spesies kita dan dimiliki oleh semua orang yang hidup hari ini. Potongan DNA itu mungkin menyimpan petunjuk paling signifikan tentang apa yang benar-benar membedakan manusia modern.
“Kami dapat mengatakan bahwa wilayah genom tersebut sangat diperkaya untuk gen yang berkaitan dengan perkembangan saraf dan fungsi otak,” kata ahli biologi komputasi University of California, Santa Cruz, Richard Green, salah satu penulis makalah ini.
Pada 2010, Green membantu menghasilkan draf urutan pertama genom Neanderthal. Empat tahun kemudian, ahli genetika Joshua Akey ikut menulis makalah yang menunjukkan bahwa manusia modern membawa beberapa sisa DNA Neanderthal. Sejak itu, para ilmuwan terus menyempurnakan teknik untuk mengekstrak dan menganalisis materi genetik dari fosil.
“Alat yang lebih baik memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan yang semakin mendetil tentang sejarah dan evolusi manusia,” kata Akey, yang sekarang berada di Princeton yang juga memuji metodologi studi baru.
Namun, Alan Templeton, ahli genetika populasi di Universitas Washington di St Louis, mempertanyakan asumsi penulis bahwa perubahan dalam genom manusia didistribusikan secara acak, daripada mengelompok di sekitar titik panas tertentu dalam genom.
Temuan ini menggarisbawahi “bahwa kita sebenarnya adalah spesies yang sangat muda,” kata Akey. “Belum lama ini, kami berbagi planet ini dengan garis keturunan manusia lainnya.”