Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ilmuwan dan Pemerhati Lingkungan Meminta Inggris dan Prancis Menghentikan Perselisihan Jelang COP26
(Foto: The Guardian)

Ilmuwan dan Pemerhati Lingkungan Meminta Inggris dan Prancis Menghentikan Perselisihan Jelang COP26



Berita Baru, Internasional – Ilmuwan dan pemerhati lingkungan terkemuka meminta Boris Johnson dan Emmanuel Macron segera mengumumkan gencatan setelah perselisihan sengit Anglo-Prancis pada haro Sabtu (30/10) tentang hak penangkapan ikan.

Seruan tersebut, seperti dilansir dari The Guardian,  dikemukakan karena adanya kekhawatiran bahwa perselisihan Inggris dengan tetangga Uni Eropa itu dapat membayangi KTT Cop26 tentang perubahan iklim.

Menjelang diadakannya KTT Iklim di Glasgow, yang dihadiri oleh 120 pemimpin dunia, perdana menteri Inggris mengatakan bahwa forum tersebut akan menjadi “momen kebenaran dunia” dan akan  menandai “awal dari akhir perubahan iklim”. Berbicara pada pertemuan para pemimpin G20 di Roma, dia menambahkan: “Pertanyaan yang diajukan semua orang adalah apakah kita memanfaatkan momen ini atau membiarkannya berlalu begitu saja.”

Tapi ada kejengkelan di antara kelompok-kelompok hijau dan ilmuwan tentang cara pemerintah Inggris dan Prancis memperdebatkan hak penangkapan ikan. Pada saat yang sama Inggris mengancam akan menerapkan pasal 16 dari Irlandia Utara, sebuah langkah yang dapat memicu perang dagang baru dengan UE.

Menteri Brexit Johnson, Lord Frost, mengancam tindakan Prancis dengan melemparkan sebuah komentar untuk Perdana Menteri Prancis, Jean Castex, melalui sebuah surat yang ditujukan kepada presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, bahwa Prancis harus tahu apa yang dilakukannya menyebabkan lebih banyak kerusakan dan menyarakannya untuk meninggalkan UE daripada tetap tinggal.

Frost berkata: “Cara ini jelas sangat meresahkan dan sangat bermasalah dalam konteks saat ini, ketika kami mencoba untuk memecahkan banyak masalah yang sangat sensitif, termasuk pada protokol Irlandia Utara. Ini terlebih lagi karena ancaman yang dibuat oleh Prancis minggu ini terhadap industri perikanan kita, terhadap pasokan energi, dan terhadap kerja sama di masa depan, misalnya melalui program penelitian Horizon, sayangnya merupakan bagian dari pola yang telah bertahan selama sebagian besar tahun ini. .”

Pemerintah Inggris, menurut Frost, telah secara aktif mempertimbangkan proses penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam pasal 738 tentang perjanjian perdagangan dan kerja sama yang dapat mengarah pada penggunaan tarif pada barang-barang Prancis jika arbitrase gagal.

Di G20 di Roma, Johnson juga mengungkapkan perasaannya kepada Von der Leyen, dengan mengatakan bahwa ancaman Prancis untuk menahan ekspor Inggris sebagai tanggapan atas sengketa izin penangkapan ikan “sama sekali tidak dapat dibenarkan.”

Saat ditanya apakah dia yakin ada pelanggaran aturan internasional oleh Prancis, Johnson berkata: “Saya khawatir mungkin ada. Saya melihat apa yang sedang terjadi saat ini, dan saya pikir kita perlu menyelesaikannya, tapi sejujurnya itu adalah bir kecil – sepele dibandingkan dengan ancaman terhadap kemanusiaan yang kita hadapi.”

Tetapi argumen panas Paris dan London, di ambang pertemuan puncak perubahan iklim yang dianggap oleh banyak orang sebagai pertemuan paling penting para pemimpin dunia, menyebabkan keheranan dalam komunitas ilmiah dan lingkungan.

Profesor Lord Nicholas Stern, yang laporan penting pemerintahnya pada tahun 2006 memperingatkan hasil bencana dari penundaan tindakan terhadap perubahan iklim, mengatakan Inggris dan Prancis perlu bekerja sama untuk mengatasi perubahan iklim daripada berdebat tentang masalah yang “relatif sepele”.

“Ada sejarah para pemimpin Prancis dan Inggris bergabung dalam perubahan iklim meskipun ada perbedaan politik besar, seperti Jacques Chirac dan Tony Blair setelah perang Irak. Dan kedua negara juga harus menemukan cara untuk bekerja dengan China dalam perubahan iklim,” katanya.

Chris Venables, kepala politik di badan amal lingkungan Aliansi Hijau, menambahkan: “Terus terang sangat konyol bahwa pertikaian ini dapat mengacaukan awal Cop26. Mereka harus menyelesaikan ini sesegera mungkin, dan bergerak cepat ke masalah yang lebih penting untuk melindungi masa depan planet kita.”

KTT Glasgow, yang dibuka pada hari Minggu mendatang, akan menentukan apakah harapan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5C dapat terwujud. Kegagalan dalam pengambilan kebijakan di forum tersebut akan memicu bencana pemanasan global, para ilmuwan telah memperingatkan.

Dunia yang terlalu panas akan menyebabkan kenaikan permukaan laut, gelombang panas dengan intensitas yang meningkat dan kekeringan yang berkepanjangan akan menyebabkan puluhan juta orang tanpa rumah atau makanan.

Delegasi dari hampir 200 negara akan terlibat dalam menyusun kesepakatan untuk mencegah kemungkinan buruk itu – meskipun para ahli iklim telah memperingatkan bahwa mereka sekarang hanya memiliki sedikit ruang atau waktu untuk bermanuver. Suhu rata-rata global telah meningkat sebesar 1,1C sejak revolusi industri dan hanya pengurangan emisi secara radikal yang akan mencegah kenaikan  itu mencapai 1,5C.

Pada saat yang sama, negara-negara Arab ingin melanjutkan pengeboran minyak selama mungkin, sementara negara-negara kepulauan Pasifik – yang akan segera musnah oleh naiknya permukaan laut dengan cepat – sedang mencari penghentian cepat ekstraksi semua bahan bakar fosil. Ini akan menjadi tugas Boris Johnson dan presiden Cop26 Alok Sharma untuk memastikan kesepakatan.

Sekretaris bisnis bayangan Ed Miliband, yang menghadiri KTT Kopenhagen 2009 sebagai menteri iklim Inggris, mengatakan bahwa saat KTT dibuka “kita jauh dari tempat yang kita perlukan” dalam hal rencana nasional untuk mengekang pemanasan global. “Nasib generasi mendatang tergantung pada nasib dua minggu ke depan.”

Keir Starmer mengatakan kepada Sunday Telegraph bahwa dia “sangat frustrasi” oleh kurangnya kepemimpinan Johnson dalam mengatasi perubahan iklim, menuduhnya membahayakan target konferensi Glasgow.

Pemimpin Partai Buruh mengatakan: “Perdana menteri berubah menjadi komentator, bukan pemimpin dalam kaitannya dengan Cop26, menurunkan harapan dengan komentar alih-alih kepemimpinan di panggung global.”