Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Film I Can Speak
Sumber Modern Korean Cinema

Film I Can Speak: Upaya ‘Comfort Women’ Menghadapi Kelamnya Masa Lalu



Berita Baru, Film – Film I Can Speak (2017) diangkat dari kisah nyata mengenai ‘comfort women‘, sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut perempuan yang dijadikan budak seks di masa Perang Dunia ke-II oleh tentara Jepang.

Dibalut dalam genre drama komedi, kamu mungkin bisa tertawa di beberapa bagian film, tapi tidak pada seperempat hingga separuh terakhirnya.

Sinopsis film I Can Speak

Persahabatan Na Ok-boon (Na Moon-he) dan Jeong-shim (Son Sook) terjalin sejak muda, ketika mereka menjadi korban “comfort women“, atau wanita penghibur bagi tentara Jepang. Keduanya diperkosa dan disiksa sedemikian rupa, dan kini telah menua bersama sebagai sesama penyintas. Meski hidup tidak berdekatan, keduanya masih saling bertemu. Ok-boon memperhatikan bahwa Jeong-shim semakin tua dan mudah lupa.

Di lingkungan tempat tinggalnya, yaitu di sebuah pasar, Na Ok-boon (Na Moon-he) dikenal sebagai nenek-nenek mengesalkan yang sering melaporkan apapun kesalahan yang dilihatnya kepada petugas pelayanan di kotanya. Suatu ketika, ia datang untuk melapor pada Park Min-jae (Lee Jee-hoo), seorang pemuda yang baru ditunjuk menjadi petugas pelayanan sipil.

I Can Speak
Pemeran utama I Can Speak (Vidio)

Suatu ketika, Park Min-jae menerima aduan Ok-boon yang menolak pembangunan kembali pasar yang menjadi tempatnya tinggal bersama banyak orang lain yang mengadu nasib di sana. Ia tak dianggap serius oleh para petugas itu, namun Ok-boon toh orang yang gigih.

Dalam hidupnya, Ok-boon hidup sendiri, namun ia bersahabat dengan Jeong-shim (Son Sook). Ok-boon memperhatikan bahwa Jeong-shim semakin tua dan mudah lupa. Ok-boon ingin sekali belajar bahasa Inggris agar jago seperti Jeong-shim. Suatu ketika, ia mendengar Park Min-jae bicara bahasa Inggris dengan lancar. Ia pun meminta pemuda itu mengajarinya. Namun Park Min-jae berusaha menolak.

Hingga suatu ketika, kondisi kesehatan Jeong-shim kian memburuk. Saat itulah, datang seorang wartawan yang beraliansi dengan HR121, sebuah wadah yang berniat memfasilitasi resolusi bagi penyintas “comfort women.” Ia mengatakan pada Ok-boon selaku teman Jeong-shim bahwa Jeong-shim telah ditunjuk untuk menjadi saksi dalam persidangan di Washington D.C. mengenai penuntutan hak untuk “comfort women.

Di sinilah baru dibuka, siapa sebenarnya Ok-boon, dan kenapa dia begini dan begitu. Rupanya, Ok-boon dan Jeong-shim di masa mudanya merupakan korban “comfort-women”, atau wanita penghibur bagi tentara Jepang. Keduanya diperkosa dan disiksa sedemikian rupa.

Pergumulan dengan Identitas Lama

I Can Speak berupaya memotret betapa rentan dan beratnya perjuangan perempuan untuk menyuarakan kebenaran dan hak-haknya. Upaya itu terbilang berhasil.

Ok-boon dan Jeong-shim sama-sama penyintas “comfort women, namun keduanya punya sikap berbeda. Ok-bun menyembunyikan identitasnya, bersama dengan masa lalu kelam yang tak ingin ia kenang. Jeong-shim mengambil langkah untuk bersuara, terbuka dengan masa lalunya dan memberikan kesaksian kemana-mana demi mencari keadilan.

I Can Speak
Adegan menyentuh dalam film I Can Speak (Viu)

Ketika Jeong-shim sakit dan Ok-boon berniat memberikan kesaksian sebagai pengganti Jeong-shim, ia menghadapi kesulitan. Keabsahan status Ok-boon sebagai penyintas diragukan karena dulu kala, ketika pemerintah Korea Selatan mendata comfort-women, Ok-boon tidak mendaftarkan diri dan memilih menyembunyikan identitasnya.

I Can Speak merupakan judul yang dipilih untuk film ini, dan rupanya menyimpan sebuah energi besar di dalamnya. “I can speak,” adalah jawaban Nenek Ok-boon ketika ditanya apakah dirinya bisa memberikan kesaksian di hari sidang tersebut.

Memperjuangkan hak comfort-women tak mudah, dan kini Ok-boon mengambil langkah itu. Para korban ‘hanya’ menuntut penyesalan dan permintaan maaf dari pelaku. Kejadian kelam ini harus menjadi pelajaran agar tidak terjadi lagi.

Simak trailer I Can Speak berikut ini.