Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hasil Riset, Tingkat Toleransi Mahasiswa UB Masih Berada di Level Lazy Tolerance

Hasil Riset, Tingkat Toleransi Mahasiswa UB Masih Berada di Level Lazy Tolerance



Berita Baru, Jakarta – Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh dosen Universitas Brawijaya (UB); Faishal Aminuddin, Mohamad Anas, Prisca Kiki Wulandari dan Destriana Saraswati tentang sikap toleransi mahasiswa UB melalui program MORAL Camp menunjukkan hasil observasi secara umum bahwa mahasiswa belum begitu mengenal keberagaman bangsa Indonesia, apalagi intens dan berinteraksi dengan masyarakat plural.

MORAL Camp Universitas Brawijaya merupakan program kemahasiswaan yang memfokuskan pada upaya merawat kebhinnekaan melalui pendidikan toleransi berbasis kontekstual. Dalam program ini, mahasiswa diajak untuk tinggal di tempat warga selama 3 hati yang sehari-harinya mencerminkan sikap toleran, tepatnya di Dusun Jamuran, Desa Sukodadi Kecamatan Wagir. Pilihan terhadap Dusun Jamuran pada tahun 2018 dan 2019 ini dikarenakan pada dusun ini praktik toleransi berjalan dengan sangat baik. 

Hasil riset ini merupakan evaluasi terhadap kegiatan MORAL Camp yang telah dilaksanakan dalam lebih dari dua kali. Riset ini menggali lebih jauh, apakah project MORAL Camp berdampak efektif, mengubah pola pikir mahasiswa yang berwatak moderat dan toleran dan juga melihat sejauh mana pengaruhnya terhadap teman-teman sekitar mahasiswa yang pernah mengikutinya. Untuk memperkuat analisis, landasan teori yang digunakan berupa gagasan-gagasan besar dari para tokoh mengenai toleransi. Ide pokok yang muncul dalam toleransi berkisar mengenai keterbukaan, kerjasama, keadilan, tenggang rasa dan kasih sayang terhadap sesama.

Instrumen penelitian dibagikan kepada 40 orang mahasiswa yang mengikuti MORAL Camp secara acak. Setelah mahasiswa mengisi kuisioner yang dihasilkan maka data kuantitatif diinterpretasi dengan menggunakan Skala Likert. Rerata (Mean) masing-masing pernyataan yang diuji secara kuantitatif menunjukkan bahwa responden berada pada kriteria sangat toleran, toleran, dan cukup toleran. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rerata tertinggi pada pernyataan no. 5: Saya memberikan kesempatan bagi siapa saja membentuk organisasi sesuai dengan minatnya, dengan skor 4,9 (Kategori sangat toleran), sedangkan rerata terendah pada pernyataan no. 11: Saya tidak terganggu dengan perilaku kelompok tertentu yang mengganggu aliran kepercayaan yang dianggap menyimpang, dengan skor 2,75 (Kategori cukup toleran).

Pada dimensi internal rerata di masing-masing pernyataan lebih stabil daripada dimensi eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya responden memiliki keinginan dari dalam dirinya untuk bersikap toleran. Akan tetapi karena sesuatu hal, baik pengaruh lingkungan (masyarakat, keluarga, sekolah) menjadi sebab responden kurang berani melakukan tindakan toleran secara nyata. Agar lebih jelas perbedaan fluktuatif rerata pada dimensi eksternal dan internal, maka disajikan dalam data berikut:

Hasil Riset, Tingkat Toleransi Mahasiswa UB Masih Berada di Level Lazy Tolerance
Hasil Riset, Tingkat Toleransi Mahasiswa UB Masih Berada di Level Lazy Tolerance

Secara umum, hasil riset menunjukkan bahwa peserta MORAL Camp belum begitu mengenal keberagamaan, apalagi intens berkomunikasi dengan warga plural, hanya sebatas memahami dan sedikit lebih mengenal perbedaan satu dengan yang lain. Artinya, mereka sangat menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda agama dan keyakinan, akan tetapi untuk mengarah pada kerjasama antar iman dan keyakinan, khususnya dalam bidang-bidang sosial, ternyata mereka tidak atau belum berani melakukan. Dari hasil riset tersebut disimpilkan bahwa, program MORAL Camp belum terlaksana secara penuh dan substansial. Karena sebetulnya program Moral Camp idealnya diarahkan untuk mendorong para mahasiswa agar tidak hanya sekedar melaksanakan toleransi yang malas (lazy tolerance) atau pasif.