Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Harga Minyak Merosot, Usai Laporan dari Arab Saudi yang akan Meningkatkan Produksinya

Harga Minyak Merosot, Usai Laporan dari Arab Saudi yang akan Meningkatkan Produksinya



Berita Baru, Internasional – Harga minyak merosot, setelah laporan bahwa Arab Saudi siap untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya jika produksi Rusia turun secara signifikan akibat sanksi Uni Eropa.

Sepertid dilansir dari CNBC, mengutip sebuah sumber, Arab Saudi menyadari risiko kekurangan pasokan dan bahwa bukan kepentingan mereka untuk kehilangan kendali atas harga minyak.

Harga minyak turun di pagi hari jam perdagangan Asia. Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent terakhir turun 2,12% pada $ 113,82 per barel. Minyak mentah berjangka AS turun 2,18% menjadi $112,75 per barel.

Meskipun itu bukan janji langsung, Arab Saudi tampaknya telah membuat Barat kehilangan semangat.

Pada hari Senin, para pemimpin UE setuju untuk melarang 90% minyak mentah Rusia pada akhir tahun sebagai bagian dari paket sanksi keenam blok itu terhadap Rusia karena melakukan operasi militer khusus di Ukraina.

Sumber mengatakan kepada FT bahwa Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, belum melihat kekurangan nyata di pasar minyak. Sejauh ini, Arab Saudi telah mengabaikan tekanan dari Washington untuk mempercepat peningkatan produksi karena harga minyak melonjak tahun ini.

Tetapi situasi itu bisa berubah ketika ekonomi dibuka kembali secara global di tengah pemulihan pandemi, mendorong permintaan minyak mentah.

“Meskipun itu bukan janji langsung, Arab Saudi tampaknya telah menjatuhkan Barat,” tulis Matt Simpson, analis pasar di platform perdagangan yang berbasis di Inggris City Index, dalam sebuah catatan setelah berita tersebut.

“Ini akan diterima dengan baik oleh para pemimpin Barat mengingat inflasi – dan ekspektasi inflasi – tetap sangat tinggi, dan bank sentral mencoba menaikkan suku bunga dengan risiko membawa ekonomi mereka ke dalam resesi,” tambahnya.

Laporan FT muncul menjelang pertemuan bulanan aliansi OPEC+ pada hari Kamis, yang menjadi bagian dari Rusia. Rusia adalah pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi.

Pada saat yang sama, beberapa anggota OPEC+ juga mempertimbangkan apakah akan menangguhkan Rusia dari kesepakatan produksi minyak atau tidak, lapor The Wall Street Journal, mengutip delegasi OPEC yang tidak disebutkan namanya.

Delegasi OPEC dilaporkan prihatin dengan meningkatnya tekanan ekonomi di Rusia dan kemampuannya untuk memompa lebih banyak minyak mentah untuk mendinginkan harga yang melonjak.