Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Minyak Mentah Indonesia

Harga Minyak Mentah Indonesia Naik Jadi USD61,32 Per/Barel



Beritabaru.co, Jakarta – Merosotnya produksi minyak pada Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) bulan Juli 2019. Tercatat, ICP bulan Juli 2019 mengalami peningkatan sebesar USD 0,32 per barel menjadi USD 61,32 per barel dari bulan Juni 2019, yaitu USD 61,00 per barel.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi melalui siaran pers, Minggu (11/8).

Mengutip pernyataan Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, Agung mengatakan, bahwa produksi minyak mentah OPEC pada bulan Juni 2019 turun sebesar 68.000 barel per hari menjadi sebesar 29,8 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya juga menjadi penyebab kenaikan harga minyak.

Selain itu, lanjut Agung, peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga ditengarahi menjadi salah satu penyebab kenaikan ICP Juli 2019.

“Beberapa isu yang muncul diantaranya adalah peningkatan pengayaan uranium Iran yang dianggap melanggar perjanjian Nuklir di tahun 2015, penangkapan kapal tanker Iran di selat Gibraltar oleh Inggris dan 2 kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz oleh Iran, serta pernyataan Presiden AS, Donald Trump, bahwa US Navy telah menembak drone milik Iran di Selat Hormuz”. Terang Agung.

Di kawasan Asia Pasifik sendiri peningkatan harga minyak mentah dipengaruhi oleh penambahan kuota impor dari Pemerintah China sebesar 56,85 juta mt, serta peningkatan crude oil throughput di China sebesar 1,2% menjadi 6,6 juta barel per hari dan di Taiwan sebesar 1% menjadi 970 ribu barel per hari dibandingkan dengan awal bulan Juli 2019.

Masih menurut Agung, Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok crude oil AS pada bulan Juli 2019 turun sebesar 32 juta barel menjadi sebesar 436,5 juta barel dibandingkan stok di bulan Juni 2019.

Hal itu akibat topan Barry yang menyerang beberapa fasilitas produksi di Teluk Mexico, serta meningkatnya permintaan minyak mentah AS oleh negara-negara importir minyak menyusul penurunan permintaan untuk Middle East Grades akibat ketegangan geopolitik di wilayah tersebut. [Dafit/Siaran Pers]