Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Merokok
Perokok ringan ternyata juga dapat dikategorikan sebagai kecanduan zat nikotin, Sumber : Dailymail.co.uk

Hanya Merokok 1 Batang Sehari Juga Termasuk Kecanduan Zat Nikotin



Berita Baru , Amerika Serikat – Penelitian mengungkap, orang yang hanya merokok sekali dalam sehari dan menganggap diri mereka sebagai perokok biasa, ternyata mereka telah mengalami kecanduan nikotin.

Dilansir dari Dailymail.co.uk , Pakar AS mempelajari lebih dari 6.700 perokok yang telah dinilai mengalami kecanduan, mereka menemukan bahwa dua pertiga dari mereka yang merokok 1-4 batang sehari ternyata kecanduan nikotin.

Namun, tim mencatat bahwa frekuensi kecanduan nikotin yang lebih parah tampaknya meningkat seiring dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.

Penemuan tersebut, mereka menyimpulkan, menekankan pentingnya mengevaluasi dengan tepat risiko kecanduan pada semua perokok, termasuk mereka yang memiliki kebiasaan sebagai perokok ringan.

“ Di masa lalu, beberapa orang menganggap bahwa hanya pasien yang merokok sekitar 10 batang per hari atau lebih yang dicap kecanduan, dan terkadang saya masih mendengarnya sampai sekarang,” kata penulis makalah dan peneliti kesehatan masyarakat Jonathan Foulds dari Penn State University, Pada Kamis (24/12)

“ Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa banyak perokok ringan, bahkan mereka yang tidak merokok setiap hari, dapat kecanduan rokok.”

“ hal ini juga menunjukkan bahwa kita perlu lebih tepat ketika kita bertanya tentang frekuensi merokok.”

Saat menilai orang untuk kecanduan nikotin atau, gangguan penggunaan tembakau, sebagaimana diketahui secara resmi, dokter seharusnya menggunakan kriteria 11 bagian pola yang diuraikan dalam edisi kelima Manual Diagnostik dan Statistik, atau disingkat DSM-5 dalam mendeteksi pecandu.

Namun, penulis makalah dan ilmuwan perilaku Universitas Duke Jason Oliver menjelaskan, dokter sering menggunakan pertanyaan “ Berapa banyak rokok yang anda konsumsi sehari?’ sebagai jalan pintas diagnostik, hal ini bisa terbukti menyesatkan.

“ Mengonsumsi rokok secara ringan secara tepat memang dianggap tidak begitu berbahaya dibandingkan dengan perokok berat, tetapi masih membawa risiko kesehatan yang signifikan,” kata Profesor Oliver.

“ Penyedia layanan medis terkadang menganggap perokok ringan bukan kecanduan dan, oleh karena itu, mereka dianggap membutuhkan perawatan, tetapi penelitian ini menunjukkan banyak dari mereka mungkin mengalami kesulitan signifikan untuk berhenti tanpa bantuan profesional.”

Dalam studi mereka, para peneliti menganalisis kumpulan data yang dikumpulkan oleh Institut Kesehatan Nasional , yang mencakup informasi lebih dari 6.700 perokok yang telah sepenuhnya dinilai untuk penambahan nikotin terhadap kriteria DSM-5.

Mereka menemukan bahwa 85 persen dari perokok harian yang merokok sampai tingkat tertentu itu termasuk kecanduan baik itu ringan, sedang atau berat.

“Anehnya, hampir dua pertiga dari mereka yang hanya merokok satu sampai empat batang per hari menjadi kecanduan, dan sekitar seperempat dari mereka yang merokok kurang dari seminggu juga menjadi kecanduan,” kata Dr Foulds.

Namun, para peneliti menemukan bahwa tingkat keparahan kecanduan rokok tampaknya meningkat semakin sering orang merokok.

Faktanya, sebanyak 35 persen dari mereka yang merokok antara satu dan empat batang sehari menjadi kecanduan sedang atau berat, dibandingkan dengan, dan 74 persen dari mereka yang merokok lebih dari 21 batang setiap hari.

“Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa perokok non-harian lebih mungkin untuk bisa berhenti dibandingkan perokok harian ,” kata Oliver.

“ Dokter harus bertanya tentang semua perilaku merokok, termasuk merokok yang tidak dilakukan sehari-hari, karena perokok tersebut mungkin masih memerlukan pengobatan agar berhasil berhenti merokok.”

“ Namun, tidak jelas sejauh mana intervensi yang ada efektif untuk perokok ringan. Upaya berkelanjutan untuk mengidentifikasi pendekatan penghentian yang optimal untuk populasi ini tetap menjadi arah penting untuk penelitian di masa depan.” Tambah peneliti.