Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hamas Sebut akan Terjadi Intifada Ketiga Jika Israel Memperluas Wilayah

Hamas Sebut akan Terjadi Intifada Ketiga Jika Israel Memperluas Wilayah



Berita Baru, Internasional – Pandemi virus corona (Covid-19) yang merebak di seluruh dunia menjadi salah satu pemicu tidak adanya protes di Tepi Barat dan Gaza atas perluasan wilayah oleh Israel. Tetapi suatu saat ketika tanggal pemungutan suara kedaulatan semakin dekat, Palestina kemungkinan akan menanggapi rencana Tel Aviv dengan serangan serigala tunggal dan demonstrasi.

Dalam beberapa hari terakhir, Hamas, kelompok Islam yang mengendalikan Jalur Gaza, telah mengeluarkan beberapa peringatan yang menyatakan bahwa jika Israel tetap melanjutkan rencananya untuk memperluas kedaulatannya atas bagian-bagian Tepi Barat, ia tidak akan ragu untuk menggunakan kekuatan untuk mencegah hal itu terjadi.

Beberapa pejabat Hamas bahkan memperingatkan bahwa niat Israel untuk mencaplok sekitar 30 persen dari Tepi Barat akan memicu Intifada ketiga, yang berarti akan terjadi pertumpahan darah.

Mkhaimer Abu Seada, seorang analis politik yang berbasis di Gaza, mengatakan bahwa Israel akan melihat protes rakyat yang serupa besarnya dengan yang terjadi pada awal 2000-an, dilansir dari Sputnik News, Sabtu (6/6).

“Aku tidak yakin situasinya sudah matang untuk ini. (Pemberontakan) malah bisa memakai berbagai jenis perlawanan, seperti, misalnya, serangan serigala sendirian tapi aku ragu akan ada bom bunuh diri atau penembakan massal”.

Apa yang disebut serangan serigala tunggal, atau serangan individu terhadap personel militer dan warga sipil Israel, telah terjadi pada tahun 2015, akibat dari meningkatnya kunjungan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi ke kompleks Al Aqsa, yang dianggap sebagai situs tersuci ketiga bagi umat Islam setelah Mekkah dan Madinah.

“Terlepas dari serangan serigala-tunggal Palestina juga dapat melampiaskan kemarahan mereka pada aneksasi melalui protes massa seperti yang kita lihat pada tahun 2018. Ini lebih murah dan lebih mudah dikelola,” jelas pakar yang merujuk pada aksi unjuk rasa March of Return yang diarahkan terhadap blokade Israel atas Gaza dan terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang bersatu.

Selama dua tahun protes ini terjadi, ratusan warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat dan di perbatasan Israel-Gaza dengan ribuan lainnya terluka.

Namun menurut Abu Seada, jika demonstrasi ini kembali terjadi ia ragu bahwa mereka akan sekuat dulu. Alasannya adalah karena coronavirus. Wabah pandemi yang telah merenggut lebih dari 350.000 nyawa orang di seluruh dunia. Hamas memutuskan untuk memperketat perlindungannya atas wilayah Tepi Barat dengan memperkenalkan serangkaian langkah-langkah, termasuk mengunci kota.