Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

GP Ansor
Gus Yaqut (Foto: Istimewa).

Gus Yaqut: Belum Saatnya New Normal



Berita Baru, Jakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor), Yaqut Cholil Qoumas memberikan tanggapan serius terkait rencana pemerintah untuk menerapkan new normal atau pola hidup baru.

Gus Yaqut, panggilan Ketum GP Ansor, justru menilai kalau penerapan pol aitu tidak bisa dilakukan dengan gegabah. Menurutnya, jika pemerintah tetap menerapkan new normal pada saat data penyebaran virus belum melandai, maka kasus Covid-19 dikhawatirkan akan semakin meningkat tinggi.

“Korban akibat Covid-19 akan bertambah, karena orang merasa sudah bebas beraktivitas kembali, bebas keluar rumah kembali, pasar dibuka, mal dibuka, sekolah mulai memasukkan anak didiknya kembali”. Tutur Gus Yaqut dalam sebuah diskusi daring pada Rabu (27/5) lalu.

Menurutnya, penerapan new normal baru dapat diterapkan jika jumlah kasus semakin berkurang, jumlah pasien sembuh meningkat, dan penyebarannya bisa dikendalikan.

“Pihak otoritatif menyatakan bahwa penambahan kasus baru itu semakin kecil. Kedua, jumlah pasien yang sembuh juga semakin banyak. Ketiga, penyebaran Covid-19 ini bisa dikendalikan dengan tes, tracing dan isolasi”. Tegasnya.

Dalam penilaiannya, saat ini ketiga kondisi tersebut belum sepenuhnya terjadi sebagai prasyarat penting penerapan pola new normal. Jika tetap diterapkan, imbuhnya, justru akan memperburuk situasi.

“Sekarang belum saatnya new normal. Saya kira pemerintah harus konsentrasi ke hal terkait kesehatan rakyatnya dulu”. Sarannya.

Pria asal Rembang tersebut juga mengkhawatirkan nasib para siswa jika new normal dipaksa untuk diterapkan di dunia Pendidikan. Mengutip data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Gus Yaqut mengingatkan jumlah anak usia 0-14 tahun yang terinfeksi Covid-19 mencapai 831 anak per 22 Mei 2020. Dari jumlah itu, yang meninggal dunia sebanyak 143 orang dengan status pasien dalam perawatan (PDP) maupun telah positif terinfeksi.

“Ini tentu sangat mengkhawatirkan. Kalau sekolah dibuka, tapi otoritas kesehatan kita belum kokoh, anak-anak yang terkena Covid-19 akan semakin banyak”. Pungkasnya.