Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gus Menteri: Desa Lebih Banyak Membutuhkan Pelayanan Offline
Tangkapan layar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam konferensi video, Rabu (11/11).

Gus Menteri: Desa Lebih Banyak Membutuhkan Pelayanan Offline



Berita Baru, Jakarta – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Abdul Halim Iskandar atau Gus Menteri mengatakan, di desa lebih dibutuhkan pelayanan publik yang bentuknya offline.

Hal ini disampaikan Gus Menteri saat memberikan sambutan pada konferensi video Program Desa Ramah Perempuan Sebagai Strategi Akselerasi Pencapaian SDGs Desa, Rabu (11/11).

Menurut hipotesis Gus Menteri, digitalisasi desa diprioritaskan untuk sektor ekonomi. Sedangkan pelayanan publik yang berbentuk digitalisasi lebih baik dikembangkan di tingkat kabupaten.

“Saya membuat hipotesis digitalisasi desa lebih diutamakan untuk sektor ekonomi. Sedangkan pelayanan publik digitalisasi lebih baik dikembangkan di kabupaten, hipotesis saya di desa lebih dibutuhkan pelayanan publik bentuknya offline,” kata Gus Menteri.

Menurutnya kalau semua pelayanan publik dalam bentuk digital, tidak ada lagi relasi sosial yang terbangun di desa.

Hal tersebut yang membuat Gus Menteri prihatin dan memberanikan diri untuk menyatakan demikian walaupun dia meyakini akan menjadi polemik.

“Inilah makanya saya memberanikan diri membuat hipotesis itu. Masalah nanti perdebatan monggo kita debat tapi ini urusan mazhab jadi saya punya mazhab seperti itu,” ujar Gus Menteri.

“Kalau di tingkat kabupaten tidak masalah, kata Gus Menteri, karena jaraknya jauh. Tetapi kalau di desa jaraknya yang relatif tidak terlalu jauh kapan lagi bisa berinteraksi dengan kepala desa, perangkat desa, kapan lagi bisa menyampaikan aspirasi warga desa kepada pimpinan desa,” imbuhnya.

Gus Menteri menyebut banyak potensi yang tidak terpublikasikan dengan baik. Misalnya, dia mencontohkan potensi vanili di Alor, Nusa Tenggara Timur yang menurutnya lebih bagus dari Madagaskar.

Oleh sebab itu, Gus Menteri mendukung digitalisasi untuk ekonomi dan bukan untuk pelayanan publik.

“Kalau digitalisasi untuk ekonomi oke. Kita punya banyak potensi, misalnya di alor vanila kita bahkan ada yang mengatakan lebih bagus dari vanila madagaskar. Tetapi kenapa tidak terpublikasikan dan kurang banyak diekspor karena kurang informasi. Nah kalau itu betul butuh digitalisasi,” ujarnya.