Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

GP Ansor Sleman
Wakil Rais Syuriah PWNU DIY, Hilmy Muhammad memberikan sambutan dalam pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Lanjut (PKL) Angkatan V Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Slemanz di Pondok Pesantren Darussalam, Sumokaton, Sayegan, Sleman, pada Jum’at (10/12). (Foto: Istimewa)

Gus Hilmy Ungkap Hubungan Agama dan Negara Saat Membuka PKL GP Ansor Sleman



Berita Baru, Sleman – Wakil Rais Syuriah PWNU DIY, Hilmy Muhammad mengatakan menegaskan bahwa agama selalu menjadi pijakan kekuasaan. Hal ini berlangsung sejak peradaban manusia dimulai. Dari mulai para nabi hingga raja-raja yang mengaku sebagai Tuhan seperti Fir’aun dan Namrud. 

Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Lanjut (PKL) Angkatan V Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Sleman yang bertempat di Pondok Pesantren Darussalam, Sumokaton, Sayegan, Sleman, pada Jum’at (10/12) malam. 

“Bukan hanya zaman dulu. Zaman sekarang juga masih berlaku. Ratu Elizabeth II, bukan hanya Ratu Inggris, tetapi juga pemimpin Anglikan di Britania Raya. Raja Thailand bukan hanya kepala negara Thailand, tetapi juga pemimpin agama Budha di Thailand. Yang Dipertuan Agong di Malaysia demikian halnya, pemimpin negara dan pemimpin tertinggi Agama Islam di Malaysia,” kata Gus Hilmy, sapaan akrabnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta tersebut juga membeberkan beberapa persoalan yang seringkali membenturkan hubungan antara agama dan negara. Menurutnya, agama memiliki nilai-nilai kebenaran dan ideal, yang menjadi masalah adalah manusianya.

“Masalahnya adalah manusia yang memimpin kadang tidak ideal, yang dipimpin juga adalah manusia, yang tentu tidak ideal, yang kadang ngeyel dan menentang. Jadilah hal ini kadang menimbulkan konflik dan masalah,” ujar Gus Hilmy, yang juga sebagai anggota DPD RI periode 2019-2024.

Di sisi lain, menurutnya, agama membutuhkan kekuasaan agar ajarannya bisa dilaksanakan dengan baik dan lancar. Dia mencontohkan ibadah haji, dengan adanya negara dan sistem pemerintahan yang bekerja, pelaksanaan haji menjadi mudah dan lancar. 

Inilah mengapa, menurut Gus Hilmy, Indonesia memilih menjadi negara yang simbiosis mutualisme dengan agama. Indonesia bukan negara sekuler, tapi juga bukan negara agama. Indonesia adalah negara kebangsaan yang berketuhanan.

Gus Hilmy Ungkap Hubungan Agama dan Negara Saat Membuka PKL GP Ansor Sleman

Konsep dasarnya adalah Indonesia tidak akan memberlakukan satu ajaran agama tertentu, tapi melindungi semua pemeluk agama dalam menjalankan seluruh ajaran agamanya.

“Kita mengakui keragaman budaya dan agama. Kita menyadari bahwa perbedaan itu fitrah dan anugerah Allah kepada kita. Kita punya semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Yang hebat adalah bukan perbedaan kita masing-masing, karena itu ada tanpa upaya kita,” tuturnya.

“Yang hebat adalah bagaimana kita menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi ika, menjadi satu, dan bersama-sama. Dan itu tidak bisa tidak harus diupayakan dan dilakukan bersama-sama,” imbuh senator senator asal D.I. Yogyakarta itu.

Dengan basis pemikiran tersebut, menurut Gus Hilmy, PKL menjadi penting dan menemukan momentumnya, yaitu agar GP Ansor bisa menyiapkan kader-kader bangsa yang siap membangun Indonesia bersama-sama dengan segenap komponen bangsa lain agar Indonesia bisa lebih baik dan sejahtera.

Menurut ketua PC GP Ansor Sleman Ariyanto, acara PKL Angkatan V GP Ansor Kabupaten Sleman tersebut akan berlangsung selama tiga hari, yaitu dari 10 hingga 12 Desember 2021 dengan diikuti 50 orang peserta.

“Total peserta ada 50 orang.Tidak hanya dari GP Ansor Sleman sendiri, tapi juga ada perwakilan dari PC Ansor Kota Yogyakarta dan Kabupaten lain di DIY. Ada juga utusan dari PC Ansor Magelang Jawa Tengah, dan beberapa rekomendasi resmi dari IPNU dan PMII,” ujar Ariyanto. 

Turut hadir dalam pembukaan, Wasekjen PP GP Ansor Ulil Archam, Rois syuriah PCNU Sleman Syakir Ali, PW GP Ansor Syaifuddin Al Ghazali, PC GP Ansor Sleman Ariyanto Nugroho dan Rochmat Asyrofi, Pengasuh PP. Darussalam K.H. Tahajuddin. Juga dari perwakilan beberapa partai seperti PDIP, Golkar, Nasdem, PKB, dan PPP, serta Polsek Sayegan dan Dukuh setempat.