Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Grebeg

Grebeg Makukuhan, Islam dan Riwayat Ayam Cemani



Berita Baru, Temanggung – Kirab Grebeg Makukuhan berhasil diselenggarakan secara meriah di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, pada Minggu (27/3).

Kirab ini merupakan puncak dari rangkaian acara Grebeg Makukuhan yang dimulai sejak Kamis (24/3) lalu.

Menurut Ketua Panitia Grebeg Makukuhan Sigit, grebeg tersebut merupakan acara tahunan Desa Kedu yang sudah digelar sejak 2010.

Tujuan dari Grebeg adalah untuk melestarikan budaya leluhur, khususnya Mbah Ageng Makukuhan.

“Grebeg pertama pada 2010. Tujuannya grebeg ini masyarakat diharapkan bisa tetap menjaga budaya dan warisan leluhur serta menghormati leluhur kita, Mbah Ageng Makukuhan,” Jelas Sigit ketika redaksi menghubunginya pada Selasa (29/3).

Dengan ungkapan lain, Grebeg Makukuhan berhubungan erat dengan Kiai Ageng Makukuhan. Oleh sebab itu, pada hari pertama grebeg, panitia mengadakan Haul Kiai Ageng Makukuhan.

“Dalam haul ini, Gus Muwafiq bersedia hadir. Jadi acara (pengajian) ramai dan dilaksanakan di malamnya, malam Jumat,” kata Sigit.

Masih di hari yang sama, pada kamis pagi, acaranya adalah pemaran atau ‘Kedu Pamer’ istilahnya.

Pameran ini diramaikan oleh 30 lapak dari berbagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kedu dan Temanggung.

Kiai Ageng Makukuhan

Adapun Kiai Ageng Makukuhan sendiri, Sigit menyampaikan bahwa beliau adalah sosok berpengaruh di daerah Kedu, Magelang, dan Banyumas (Dulang Mas).

Dan yang menyebarkan Islam di wilayah tersebut tidak lain adalah Kiai Ageng Makukuhan. Uniknya, selain fokus di dunia dakwah, Kiai Ageng Makukuhan aktif di bidang pertanian, pengobatan, dan peternakan.

Di waktu bersamaan, lanjut Sigit, masyarakat memercayai bahwa kondisi Kedu hari ini yang telah dicitrakan sebagai pusat Ayam Cemani tidak lepas dari jasa Kiai Ageng Makukuhan di bidang peternakan.

“Jadi, antara Grebeg Makukuhan dan Ayam Kedu atau Ayam Cemani memiliki hubungan yang erat,” terang Sigit.

Hal ini bisa diamati dari tayangan Youtube dari Solidaritas Ternak yang diunggah pada Senin (28/3).

Dalam video itu, tampak beberapa panitia dan peserta undangan sedang membawa Ayam Kedu.

Sebagian dari mereka mengungkapkan harapannya dalam acara puncak Grebeg Makukuhan di atas.

Mas Catur misalnya, pihaknya menengarai bahwa Ayam Cemani adalah ikon Kedu, sehingga para peternak Kedu harus kompak untuk selalu menjaga, melestarikan, dan mengembangkannya.

Mas Triyono sepakat dengan pendapat Mas Catur. Menurutnya, Ayam Kedu adalah warisan dari Kiai Ageng Makukuhan. Jadi, Ayam Cemani yang ada di Kedu adalah gen aslinya.   

“Kita harus melestarikan dan kemudian itu akan memberi manfaat buat kita,” ungkap Triyono.

Ayam Kedu

Sebenarnya Ayam Kedu berbeda dengan Ayam Cemani. Ayam Cemani adalah hasil pengembangan dari Ayam Kedu.

Menurut Bangkit, salah satu peternak di Kedu, pada mulanya ada tiga (3) jenis Ayam Kedu: hitam, merah, dan putih.

Ayam Kedu terkenal dengan hasil telur dan dagingnya yang berkualitas, sehingga banyak pihak datang ke Kedu untuk proses kawin silang antar ayam.   

Namun, dalam proses budi dayanya, muncullah Ayam Cemani dari Ayam Kedu Hitam.

“Pengembangan Ayam Kedu Hitam inilah yang melahirkan Ayam Cemani,” ungkap Bangkit kepada Beritabaru.co.

Ciri-ciri Ayam Cemani adalah semua serba hitam, mulai dari kaki, bulu, kulit, paruh, dan jengger.

Akibat penampakannya yang unik tersebut, Bangkit melanjutkan, Ayam Cemani Kedu menyita perhatian publik internasional.

Grebeg Makukuhan, Islam dan Riwayat Ayam Cemani
Peserta Kirab Grebek Makukuhan memamerkan Ayam Kedu.

Ayam Cemani go international

Tidak lama ini, Bangkit menjelaskan, Kedu kedatangan pelanggan dari luar negeri. Mereka rela datang ke Kedu untuk melihat dan meneliti Ayam Cemani.

“Mereka datang ke Kedu hanya untuk melihat Ayam Cemani, meneliti, dan membibitnya agar bisa diternak di luar negeri,” jelasnya.

“Intinya, Ayam Cemani ini adalah pendorong ekonomi masyarakat di Kedu,” imbuh Bangkit dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Deswita Kedu ini.

Mereka tertarik pada Ayam Cemani karena melihatnya sebagai ayam hias.

Meski demikian, untuk pasar nasional, tidak jarang yang melihat Ayam Cemani sebagai pembawa berkah.

Hal ini disampaikan oleh Ibu Rasya dalam video di atas, yakni bahwa Ayam Cemani adalah pembawa rezeki.

“Ayam Cemani itu selain ayam hias adalah juga ayam yang dipercaya bisa membawa rezeki buat masyarakat di Indonesia yang membudidayakannya, terutama untuk mak-mak,” kata Rasya.

“Ayam cemani membuka lapangan pekerjaan, menambah lapangan kerja,dan mengurangi pengangguran buat emak-emak di Kedu. Atau konsepnya begini: Para Bapak fokus ternak, Ibu-Ibu fokus pemasaran melalui online,” imbuhnya.