Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

GKJW Rejoagung dan Peace Leader Indonesia Gelar Kemah Kebangsaan
(Foto kiriman panitia)

GKJW Rejoagung dan Peace Leader Indonesia Gelar Kemah Kebangsaan



Berita Baru, Jember – Perkumpulan pemuda yang tergabung dalam Peace Leader Indonesia dan GKJW Rejoagung menginisiasi dan menggelar kemah kebangsaan, 11 September 2022.

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Rejoagung selaku tuan rumah, Forum Silaturahmi Lintas Agama, Elemen Masyarakat (SILA EMAS), serta bekerja sama dengan Peace Leader Jember, dan Permata.

Bertempat di Desa Rejoagung, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, yang mayoritas penduduknya beragama Nasrani, kegiatan ini dilakukan selama 2 hari 1 malam. Mulai dari hari Sabtu-Minggu, 10-11 September 2022. 

Kemah kebangsaan ini mengusung tema “Merajut Kebersamaan dalam Semangat Kebangsaan”. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan kalangan anak muda dan ibu rumah tangga se-wilayah Tapal Kuda yang mencakup Kabupaten Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso , dan Lumajang. 

GKJW Rejoagung dan Peace Leader Indonesia Gelar Kemah Kebangsaan
(Suasana permainan saat Kemah Kebangsaan)

Ir. Hendy Siswanto, selaku Bupati Jember membuka kegiatan Kemah Kebangsaan lintas agama dan lintas generasi menyampaikan bahwa suasana kehidupan antar umat beragama yang rukun di Desa Rejoagung ini merupakan suatu keberkahan dan kekuatan bagi bangsa kita.

“Selanjutnya, kegiatan seperti ini harus diadakan misalnya di alun-alun, agar komunitas ini menjadi semakin besar. Sehingga dapat memberikan inspirasi khususnya bagi masyarakat Jember, Indonesia bahkan dunia,” imbuh Hendy. 

Hadir juga Dr. Edi Budi Susilo, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Jember, selaku narasumber ia mengatakan bahwa, ” Menjaga persatuan Indonesia adalah tanggung jawab kita semua. Tidak hanya pemerintah saja, melainkan pemuda dan perempuan juga punya peran penting dalam menanamkan wawasan kebangsaan.”

Hal yang sama disampaikan oleh Drs. Suprihandoko, M.M., Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kab. Jember bahwa, “Perempuan adalah sumber kehidupan. Oleh karenanya, perempuan harus berdaya agar mampu mendidik anak dengan baik. Menjadi generasi yang tidak mudah terpecah belah oleh perbedaan yang ada.”

Perbedaan senyatanya sangat mudah menjadi alasan terpecahnya suatu bangsa. Termasuk Indonesia yang merupakan negara multikultural. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi, jika masyarakat memahami konsep moderasi beragama. 

Dijelaskan oleh Drs. Ahmad Tholabi, MHI., selaku staf Kementerian Agama Kab. Jember bahwa, “Konsep moderasi beragama akan membentuk sebuah pola pikir masyarakat yang terbuka. Dalam aspek muamalah, semua agama adalah sama benarnya. Tidak menyalahkan serta menjelekkan agama yang berbeda.”

Konsep moderasi beragama ini sejalan dengan nilai-nilai yang dikandung Islam progresif. Yeni Lutfiana, selaku Koordinator Jawa Timur Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia menjabarkan bahwa, “Islam yang progresif memiliki nilai-nilai yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, ramah terhadap perempuan, menerima adanya perbedaan serta membela minoritas.”

Dalam kegiatan kemah kebangsaan ini, kelompok anak muda juga turut menyuarakan isu perdamaian. Aprilia Devi, anggota Girls Ambassador for Peace, menegaskan bahwa, “Perbedaan yang ada di sekililing kita, jangan lagi diperdebatkan. Penting bagi kita selaku anak muda berpartisipasi dalam menyuarakan isu perdamaian dan toleransi untuk merawat keberagaman.”

Selain itu, Ali Murtado dari Rumah Aspirasi BP juga menambahkan bahwa, “Anak muda memiliki peran yang sangat berdampak di masyarakat. Maka dari itu, habiskan masa muda dengan memiliki pengetahuan serta pengalaman yang banyak dengan aktif di kegiatan yang positif dan bermakna, seperti kemah kebangsaan.”

Di samping berdiskusi tentang isu perdamaian, kemah kebangsaan juga menggagas topik kebudayaan. Di era disrupsi saat ini, perubahan yang terjadi di masyarakat sangat cepat. Hal ini dapat mengakibatkan terkikisnya budaya suatu bangsa. 

Hari Putri Lestari, DPRD Jawa Timur, menjelaskan bahwa, “Pemerintah Jawa Timur sedang berupaya untuk melestarikan budaya dengan memberlakukan regulasi yang mewajibkan penampilan budaya pada setiap acara yang ada di Jawa Timur.”

Hal ini diusulkan agar budaya sebagai identitas suatu bangsa tidak hilang, meskipun dengan latar belakang agama atau suku yang berbeda. Ia mengutip perkataan Ir. Soekarno, “Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.”

Banyak wawasan kebangsaan serta kebudayaan yang diperoleh para peserta kemah kebangsaan. Tak heran j ika kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat positif baik dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, penduduk setempat, maupun para peserta. 

“Kami sangat berterima kasih atas antusiasme para peserta dan juga panitia selama berjalannya kegiatan kemah kebangsaan. Seperti yang diharapkan teman-teman semua, semoga kegiatan seperti ini dapat diadakan setiap tahunnya, dan mendapat dukungan yang lebih banyak lagi dari berbagai pihak,” ujar Pendeta Rena, ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Jember dan selaku tuan rumah kemah kebangsaan di Jember. (Penulis: Yuyun Khairun Nisa/ Editor: Muiz)