Gempadewa Desak Kepolisian Hentikan Patroli dan Teror Terhadap Warga Wadas
Berita Baru, Purworejo – Perjuangan Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah, belum berakhir. Sekitar empat tahun warga Wadas terus berupaya mempertahankan ruang hidup dan sumber kehidupan di tanah leluhur mereka dari galian tambang untuk material Bendungan Bener.
Warga Wadas masih kerap berjaga-jaga dan tak jarang desa mereka didatangi aparat bersenjata lengkap. Melalui Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa), masyarakat mendesak pihak Kepolisian menghentikan patroli dan teror terhadap warga Wadas.
“Rentang waktu kurnang lebih sebulan terakhir Polres Porworejo telah melakukan serangkaian tindakan yang dirasa sebagai bentuk teror dan intimidasi terhadap warga Desa Wadas,” tulis Gempadewa dalam rilisnya, Kamis (4/11).
“Hampir setiap hari sejak bulan September 2021 beberapa anggota Polres Purworejo mendatangi Desa Wadas, beberakali diantaranya membawa senjata laras panjang dan menutipi identitasnya dengan rompi anti peluru,” imbuhnya.
Gempadewa mengatakan bahwa tindakan teror dan intimidasi dirasa sangat meresahkan serta membangkitkan kembali trauma warga, terutama ibu-ibu dan anak-anak, ketika waktu itu (23/4) ratusan aparat Polres Purworejo melakukan tindak kekerasan dan penangkapan terhadap beberapa orang warga Wadas dan kuasa hukum warga.
“Setidaknya warga telah mendokumentasikan serangkaian agenda tersebut dan mencatat sebanyak 16 kali dalam kurun waktu 28 hari kerja terhitung sejak tanggal 22 September 2021. Pada dasarnya, kedatangan pihak kepolisian ke Desa Wadas dilakukan hampir setiap hari, namun aktivitas itu tidak semuanya berhasil didokumentasikan,” jelasnya.
Kedatangan aparat dan sejumlah pihak ke Desa Wadas, lanjut Gempadewa, dinilai oleh warga sebagai upaya teror dan intimidasi terhadap perjuangan warga mempertahankan kelestarian ruang hidupnya dan ancaman kerusakan yang akan ditimbulkan apabila proyek penambangan batuan Andesit berhasil dilakukan di desanya.
“Alasan patroli maupun ketertiban masyarakat menjadi alasan yang sulit diterima, apalagi Warga Desa Wadas terutama ibu-ibu dan anak-anak merada resah dengan tindakan-tindakan aparat kepolisian yang hampir setiap hari mendatangi Desa Wadas. Ibu-ibu dan anak-anak juga merasa trauma dengan kehadiran polisi,” jelas Gempadewa.
“Selain itu masyarakat pun resah kehahadiran patroli polisi dianggap sebagai tindakan untuk mengawal rencana pertambangan di Desa Wadas, yang mana rencana pertambangan tersebut secara konsisten masyarakat menolak,” imbuhnya.
Menurut Gempadewa, aparat kepolisian dalam menjalankan tugasnya sudah seharusnya menjamin rasa aman dan menjunjung tinggi hak asasi manusia warga Wadas. Namun faktanya tindakan kepolisian yang hampir setiap hari mendatangi Desa Wadas justru meresahkan dan membuat warga merasa tidak aman.
“Oleh katena itu kami mengecam segala tindakan intimidasi dan teror yang terjadi di Desa Wadas. Mendesak kepolisian untuk menegakkan prinsip-prinsip hak asasi manusia warga wadas dan menghargai serta menghormati sikap warga Wadas yang menolak rencana pertambangan batuan andesit di Desa Wadas,” tukas Gempadewa.