Gelar Festival Sastra ‘Mulih’, Yogyakarta Wujudkan Ekosistem Sastra
Berita Baru, Yogyakarta – Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta gelar Festival Sastra bertajuk Mulih (pulang). Festival yang akan berlangsung selama sepekan dan diisi dengan berbagai program ini, diharapkan menjadi wadah edukasi dan promosi sastra untuk membangun ekosistem sastra di kota tersebut.
“Pada tahun ini, kami mencoba menampilkan kolaborasi sastra dari berbagai elemen, baik dari sastra Jawa maupun sastra Indonesia dengan berbagai sudut pandang,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin (7/11).
Menurut dia, penyelenggaraan festival pada tahun ini semakin meriah, karena sudah bisa diselenggarakan secara luring, sedangkan pada penyelenggaraan tahun lalu masih digelar secara daring akibat pandemi COVID-19.
Agenda kegiatan Festival Sastra Mulih diawali dengan Panggung Sastra yang digelar di Regol Barat Kepatihan pada Minggu (6/11) malam dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan selama sepekan, diantaranya bincang sastra, angkringan puisi, pameran, workshop menulis, kampung aksara, hingga sastra untuk anak-anak dan kelompok masyarakat lainnya.
“Kami menggandeng berbagai elemen masyarakat, mulai dari dunia usaha, kampus, kelompok Dimas Diajeng Jogja, museum, dan komunitas sastra hingga KAI dalam penyelenggaraan festival ini,” tuturnya.
Dengan keterlibatan berbagai elemen masyarakat tersebut, Yetti Martanti berharap sastra di Yogyakarta bisa semakin berkembang dan diminati oleh seluruh kelompok masyarakat, bukan hanya sastrawan maupun komunitas sastra.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya saat Bincang Sastra dengan tema sastra Jawa pada Senin (7/11) mengatakan pemerintah daerah mencoba memberikan ruang untuk seluruh kelompok masyarakat dalam memajukan sastra di Yogyakarta.
“Jadi, tidak hanya terbatas untuk warga Kota Yogyakarta saja tetapi seluruh warga di Yogyakarta dapat melebur dalam memajukan sastra, khususnya sastra Jawa,” terangnya.
Dalam kegiatan yang digelar di salah satu toko buku besar di Yogyakarta tersebut, juga dipamerkan sejumlah koleksi Museum Sonobudoyo yang menunjukkan perkembangan sastra, di antaranya manuskrip Jawa, lontar, dan mesin ketik aksara Jawa. Pameran digelar pada 7-13 November 2022.
Aman berharap kegiatan tersebut menjadi media sosialisasi, khususnya generasi muda untuk mengenal sastra Jawa yang memiliki nilai-nilai falsafah hidup. “Dan masyarakat Yogyakarta tidak kehilangan Jawane,” tegasnya.