Gejolak Pasar Global: Rusia Akan Tetap Tenang
Berita Baru, Internasional – Penurunan pasar saham pada hari Senin (9/3) kemarin adalah catatan terburuk sejak krisis keuangan tahun 2008. Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan poin terbesar sepanjang sejarah dalam satu hari terbesar. Lalu minyak berjangka merosot 20 persen di tengah kegelisahan karena virus korona. Serta kegagalan OPEC+ dalam mencapai kesepakatan tentang pengurangan produksi.
Presiden Rusia Vladimir Putin pun ikut mengomentari gejolak di pasar global, termasuk yang berkaitan dengan energi. Ia mengatakan gejolak saat ini tidak hanya menciptakan masalah, tetapi juga peluang.
“Saya tidak hanya berharap. Tapi saya yakin bahwa dalam periode ekonomi yang penuh gejolak saat ini, Rusia akan menghadapinya dengan bermartabat dan rasa tenang. Selain itu, ada peluang bagi industri-industri utama Rusia untuk keluar dari situasi ini dengan lebih kuat dan siap untuk melangkah lebih jauh, kompetisi yang sangat serius. Ini, tentu saja, harus berdampak pada seluruh ekonomi Rusia, dan tercermin secara positif,” ujar Putin pada Rabu (11/3) saat menemui investor di kediaman Novo Ogarevo di luar Moskow.
Menurut Putin, pemerintah dan Bank Sentral Rusia memiliki sumber daya untuk menjaga stabilitas. Tugas utama mereka adalah meminimalkan dampak ekonomi negatif dari krisis pasar pada rakyat biasa. Presiden menambahkan bahwa negara akan melakukan segala upaya yang diperlukan untuk menjamin keamanan investasi, dan untuk meminimalkan risiko investasi, baik nasional dan internasional di Rusia.
Putin membuat komentar di hadapan para bankir dan perwakilan perusahaan investasi termasuk Altera Capital, RTR-Global, Almaz Capital Partners, VTB Bank, Yandex dan Russian Direct Investment Fund. Pada kesempatan itu, Mikhail Mishustin selaku Perdana Menteri juga hadir.
Pada hari Selasa (10/3), Menteri Keuangan Rusia mengindikasikan bahwa mereka tidak mengharapkan resesi ekonomi sebagai akibat dari penurunan pasar global. Mereka juga mengatakan bahwa mereka memiliki mekanisme untuk menjelaskan hilangnya pendapatan anggaran minyak dan gas.
Kementerian juga menghitung bahwa dana kekayaan negara telah cukup mengakumulasi likuiditas sebesar 150 miliar dollar dalam bentuk aset untuk mengkompensasi pendapatan yang lebih rendah dari minyak. Bahkan jika harga tetap di 25-30 dollar per barel untuk enam hingga sepuluh tahun ke depan.
Pada hari Selasa (10/3), trading melihat Indeks Bursa Moskow turun 10 persen. Perusahaan-perusahaan besar Rusia seperti Rosneft, Gazprom, Lukoil, Nornikel, Alrosa, Sberbank dan VTB Bank melihat penurunan harga saham antara 8,5-14 persen.
Nilai mata uang Rubel juga ikut terpukul. Pada hari Jumat, 1 dollar setara dengan 68 rubel, lalu pada hari Selasa (10/3) menjadi 1 dollar sam dengan 72 rubel.
Penurunan nilai tukar rubel yang lemah berarti harga impor yang lebih tinggi seperti mobil, elektronik, pakaian, peralatan rumah tangga, farmasi dan peralatan industri. Namun juga ada peluang bagi industri Rusia dalam sektor pasar domestik dan ekspor.
Sumber | Sputnik News |