Gaung Gundala : Film Gundala
Berita Baru, Jakarta – Pujian dilayangkan pada Film Gundala yang dirilis ke publik kamis (29/8). Film ini mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat, terbukti dari komentar positif dari para penikmat film, serta penuhnya bioskop tempat saya menonton.
Film Gundala merupakan film yang mengadaptasi Komik Gundala Putra Petir. Karakter Gundala merupakan tokoh komik karya Harya Suraminata atau yang lebih dikenal sebagai Hasmi. Saat menciptakan tokoh Gundala pada tahun 1969, Hasmi terinspirasi dari tokoh legenda jawa yang bernama Ki Ageng Selo, seorang sakti yang konon mampu menangkap petir. Sejak tahun 1969 hingga tahun 1982 komik seri Gundala yang diterbitkan sudah mencapai 23 judul.
Komik Gundala Putra Petir pun pernah diangkat menjadi film di tahun 1981, yang di sutradarai oleh L.Sudjio. Jika merujuk pada cerita komik dan film nya di tahun 1981, tokoh Sancaka a.k.a Gundala ini merupakan seorang insinyur yang bereksperimen untuk membuat serum anti petir. Hingga suatu ketika Sancaka yang sedang berlari di tengah hujan deras tanpa disangka tersambar petir. Dalam keadaan koma ia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain dan diangkat anak oleh raja Kerajaan Petir yang bergelar Kaisar Kronz, sekaligus diberkati kemampuan super yaitu bisa memancarkan kekuatan petir dari tangannya.
Akan tetapi berbeda dengan film “Gundala” saat kini. Di dalam film Gundala besutan Joko Anwar dikisahkan Sancaka tidak mengetahui dan kebingungan mengapa dia ‘disukai’ oleh petir bahkan sampai bisa mempunyai kekuatan petir.
Sinopsis
Dalam film Gundala terbaru besutan Joko Anwar, film dibuka dengan adegan demonstrasi para pekerja pabrik yang dipimpin oleh Ayah Sancaka. Akibat kejadian demonstrasi tersebut Sancaka kecil harus kehilangan sang ayah, bahkan setahun setelah kepergian sang Ayah, Sancaka pun ditinggal oleh Ibu terkasihnya. Tiada orang tua membuat Sancaka kecil harus menjalani kehidupan sendiri. Dia harus berjuang menghadapi kerasnya kehidupan.
Lewat pertemuan yang tidak sengaja, hidup sancaka kecil sempat tertolong oleh Awang (Farish Fadjar). Awang pun kemudian mengajarkan Sancaka kecil cara bertahan hidup dengan belajar bela diri, bahkan Awang turut memberi pandangan lain tentang hidup kepada Sancaka yaitu, agar selamat dalam hidup Sancaka tidak perlu ikut campur dengan urusan orang lain.
Selang beberapa tahun, Sancaka pun berhasil bertahan hidup. Ia bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah percetakan surat kabar. Lewat pertemanannya dengan Pak Agung (Pritt Timothy) dan pertemuannya dengan Wulan (Tara Basro) Sancaka dewasa mulai merubah pandangannya tentang hidup.
Cerita pun berlanjut saat Sancaka terpaksa harus melawan para anak Pengkor. Lewat kejadian itulah akhirnya Sancaka menyadari bahwa ternyata petir memberikan Ia kekuatan, yang kemudian kekuatan itu Ia gunakan untuk melawan sang musuh utama “Pengkor”.
Sempurna, hanya perlu sedikit polesan
Penantian panjang para penggemar akhirnya terbayar, film Gundala seperti melepas dahaga para penonton. Sepanjang film kita akan hanyut pada alur cerita yang terasa sangat kuat. Setiap adegan seperti memiliki nyawa dan energi yang saling kait-mengait hingga penonton tidak mau kehilangan momen sedikitpun. Film Gundala benar – benar memiliki ‘jiwanya’ sendiri tanpa harus terpengaruh dengan film superhero luar. Bisa dibilang film Gundala memang film yang berkelas.
Joko Anwar memang tahu bagaimana mengemas film Gundala dengan sangat apik. Tidak hanya adegan laga, drama, bahkan komedi ‘receh’ yang terselip halus di beberapa adegan dapat tercerna dengan baik. Ya, memang ada sedikit ‘ganjalan’ pada saat adegan laga, terutama pada saat adegan laga akhir antara Gundala dan anak buah Pengkor yang terkesan agak kaku, tetapi hal tersebut bukanlah masalah karena dari sisi sinematografi bisa dikatakan film ini sempurna.
Para pemain pun terasa sangat menjiwai karakter dari para tokoh tanpa cela. Muzakki Ramdhan sang aktor cilik yang memerankan Sancaka kecil, benar-benar mampu membuat penonton hanyut dengan ekspresi dan aksinya. Aktor Abimana juga berhasil menghidupkan tokoh Sancaka dewasa yang kemudian menjadi Gundala tanpa ragu. Tak luput adegan laga yang dibawakan oleh Kang Cecep Arif Rahman yang berperan sebagai salah satu anak buah Pengkor turut memberikan aura tersendiri.
Film Gundala juga tak luput mengangkat isu–isu aktual yang terjadi di sekitar kita, dimulai dari isu sosial, ketidakadilan, kemanusiaan, kejujuran, dan politik. Film ini juga memberikan beberapa kutipan pelajaran kehidupan tentang bagaimana menjadi seorang manusia lewat beberapa kejadian sehari-hari. Film ini mengajak kita untuk seorang patriot. Dimana untuk menjadi seorang patriot, kamu tidak harus menjadi superhero dulu. Tapi bisa dimulai dengan peduli pada hal-hal disekeliling mu.
Dengan pengemasan yang sempurna dan cerita yang membius, film Gundala menjadi film yang sangat layak ditonton. Bahkan konon katanya film Gundala ini merupakan film pembuka untuk rangkaian film Jagat Sinema Bumilangit selanjutnya.
Terimakasih kepada Pak Hasmi yang sudah menciptakan tokoh Gundala. Terimakasih juga kepada Joko Anwar yang sudah ‘menghidupkan’ kembali Gundala. Hail Gundala !!. [Soe]