Gapmmi Minta Pemerintah Kaji Ulang Rencana Kenaikan Tarif Daftar Listrik
Berita Baru, Jakarta – Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) meminta pemerintah untuk mengkaji ulang dengan bijaksana terkait rencana menaikkan tarif dasar listrik atau TDL sebesar 20 persen dalam waktu dekat.
“Secara makro, kebijakan tersebut sedikit banyak akan berpengaruh pada PDB, konsumsi rumah tangga, dan inflasi. Hal tersebut dikarenakan konsumsi rumah tangga merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional,” kata Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman dalam siaran pers, Selasa (29/6/2021).
Sedangkan secara sektor, lanjut Adhi, kenaikan TDL diestimasikan akan berdampak negatif terhadap output industri, dan daya saing produk yang dihasilkan di dalam negeri sekaligus membebani konsumen.
“Dengan situasi seperti ini, bila benar kebijakan tersebut akan diterapkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), ini akan menjadi pukulan dan beban yang sangat berat bagi industri makanan dan minuman. Selama ini, biaya listrik bagi Industri di Indonesia terutama bagi industri makanan dan minuman berkontribusi sekitar 3 persen dari Harga Pokok Produksi,” ujar Adhi.
Adhi menambahkan jika PLN berencana untuk menaikkan 20 persen maka, biaya produksi untuk Industri Makanan dan Minuman akan naik sekitar 0.6 persen. Menurutnya, kenaikan biaya produksi ini mau tidak tidak mau akan berpengaruh pada harga produk yang akan meningkat, dimana produk makanan minuman sangat sensitive terhadap harga.
“Pada akhirnya biaya ini akan menjadi beban dari masyarakat umum, yang saat ini masih terkena imbas dari pandemi Covid-19 dimana daya beli dan kemampuan ekonomi masih tidak lebih baik,” tambah Adhi.
Selain itu, Adhi menjelaskan kenaikan TDL juga akan berpengaruh terhadap rantai pasok keseluruhan, sehingga pemasok juga akan mengalami biaya produksi seperti industri kemasan, plastik, kaleng, gelas, dan lainnya yang mana industri ini lebih banyak mengkonsumsi listrik PLN.
Oleh sebab itu, Adhi menambahkan bahwa rencana kenaikan TDL bagi industri sebaiknya ditinjau ulang, apalagi adanya isu kenaikan harga komoditas pangan seperti biji bijian dan sumber protein juga.
“Ada baiknya dilakukan upaya bersama oleh industri, pemerintah dan lembaga terkait untuk mencari solusi yang lebih tepat untuk mengatasi situasi dan kondisi yang tidak kondusif saat ini,” tandas Adhi.