Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Fajar Kemuliaan | Catatan Ahmad Erani Yustika

Fajar Kemuliaan | Catatan Ahmad Erani Yustika



Sukarno telah menceburkan raga untuk menggapai “imajinasi” kemerdekaan sejak usia 16 tahun. Ia hanya punya satu kehendak dalam hayatnya: mencumbu Indonesia sepenuh jiwa. “Jikalau aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan aku persembahkan kepada tanah air dan bangsa,” tegasnya. Seluruh gerak hidupnya diwakafkan demi pencapaian tersebut. Pikirannya melintasi ombak dan zaman: menyalakan kesadaran nasional dan menjalarkan api ke panggung internasional. Ia terus melawan meski aneka pasung badan dan gagasan silih berganti menerjang kehidupan. Itu pula yang diteladankan oleh para pendiri negara lainnya. 

Modal terpenting dari manusia agung yang mendirikan kaum, agama, bangsa, dan negara adalah ketajaman visi dan keteguhan keyakinan. Bagi para pendiri bangsa, penjajahan bukan semata praktik menjijikkan yang menodai kemanusiaan, namun kemerdekaan adalah keniscayaan untuk mencicipi kemajuan. “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran.” Kalimat itu yang selalu menjadi titik tumpu kepercayaan Bung Hatta. Visi dan keyakinan tersebut yang terus dibela meski aneka siksa tak pernah berhenti mendera. Penderitaan selalu menjadi sekutu merawat keyakinan. 

Lantas, dari mana sumber kekuatan itu datang? Salah satu yang terpenting: agama. Agama meletakkan iman sebagai pengepul wahyu yang memadatkan keyakinan menjadi tabiat ritual maupun sosial. Iman itu pula yang memberi nilai bahwa kerangkeng penjajahan tidak layak ditabalkan sehingga perjuangan kemerdekaan ialah seruan moral. Nasionalisme bukan saja tidak bertabrakan, bahkan bagian dari kerak iman. Itu sebabnya Hasyim Asy’ari memberi fatwa: Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan.”  

Itulah episode dan napas berdirinya negara-bangsa, termasuk proklamasi Indonesia. Ia dijunjung untuk keluar dari bercak kemanusiaan menuju fajar kemuliaan. Tapi, menegakkan kemerdekaan adalah jalan terjal lain yang tak kalah mendaki. Nila kemanusiaan bisa terpatri juga pada masa kemerdekaan. Sejarah kemerdekaan tidak selalu diisi kisah kegemilangan. George Washington, Bapak pendiri AS, dikenal sebagai peletak dasar konstitusi Amerika yang menjungjung hak asasi manusia, kekebasan, kesetaraan, dan nondiskriminasi. AS ditegakkan lewat nilai luhur tersebut. Namun, sejarah mencatat banyak sisi gelap negara tersebut yang berpunggungan dengan konstitusi. 

Isu rasisme dan kesetaraan (gender) masih jadi problematika AS sampai ini, juga di belahan Eropa. AS untuk pertama kali baru memiliki Presiden kulit hitam pertama pada 2008. Bahkan, sampai ini AS belum pernah punya Presiden perempuan. Kamala Harris menjadi Wapres perempuan pertama di AS. Di luar itu, ragam kemajuan diperoleh AS sehingga menjadi negara adidaya di bidang ekonomi, pengetahuan, militer, kebudayaan, dan lain-lain. Tetapi, seperti yang juga diketahui, AS juga pernah terantuk krisis ekonomi besar dan bencana politik. Lepas dari itu, ide adiluhung negara wajib terus dilafalkan. Seperti ucap John F. Kennedy: “A man may die, nations may rise and fall, but an idea lives on.”

Salah satu negara Amerika Latin, Uruguay, pernah pula menjalani masa getir. Kawasan dinamis ini punya kisah masa lalu yang demokratis hingga pemerintahan despot tiba. Para gerilyawan ditangkap, disandera, dan disiksa. Salah satunya, Jose Mojica, yang kelak menjadi Presiden Uruguay 2010 – 2015. Jose pernah disiksa oleh pemerintahan diktator selama 12 tahun dalam tahanan yang gelap dan pengap. Dia nyaris menyerah. Namun, ibunya selalu bersabda kepadanya: “Hanya orang kalah yang berhenti melawan.” Ide kemerdekaan tidak boleh layu oleh terpaan musim maupun gemuruh bayu. Kemerdekaan ialah ikhtiar perlawanan atas keputusasaan. Dirgahayu Republik Indonesia!

*Artikel ini sebelumnya telah dimuat di https://seide.id/fajar-kemuliaan/