‘Extraordinary Attorney Woo’ Hadirkan Sejumlah Isu: Sebuah Review
Berita Baru, Entertainment – Serial drama Extraordinary Attorney Woo menayangkan episode terakhirnya pada 18 Agustus lalu, menandai perpisahan antara penonton dengan para pemainnya; Park Eun-Bin, Kang Tae-Oh, Kang Ki-Young, Ha Yoon-Kyung, dan Joo Jong-Hyuk.
Seperti apa review-nya? Simak ulasan di bawah ini.
Sinopsis Extraordinary Attorney Woo
Drama ini bermula dari kisah Woo Young-Woo (Park Eun-Bin), seorang penyandang gangguan spektrum autisme yang sangat pintar, sekaligus lulusan terbaik di bidang Hukum, dari kampus bergengsi di Korea.Â
Meski terlihat kikuk dan tak mudah berkomunikasi, namun ia memiliki kemampuan mengingat di atas rata-rata. Sejak kecil, ia tertarik dengan hukum karena membaca buku-buku milik sang ayah. Ia sangat bersemangat mempelajarinya, hingga lulus sebagai siswa cerdas.
Young-Woo pun mulai bekerja sebagai pengacara di sebuah firma hukum ternama. Walau menghadapi prasangka buruk dari orang-orang di sekitarnya, ia berupaya bekerja dengan baik dan menuntaskan kasus-kasus yang ia hadapi menggunakan perspektif yang tak dimiliki kebanyakan orang.
Lambat laun, Young-Woo juga menemukan kebenaran mengenai dirinya, dan pihak-pihak yang memanfaatkan keluguannya.
Memotret Beragam Isu
Kalau kamu demen drama yang tiap episodenya mengangkat beragam topik dan kasus macam Mystic Pop-Up Bar atau Move to Heaven, maka ini bisa jadi your next favorite drama. Dengan background drama hukum, Extraordinary Attorney Woo mengangkat beragam kasus hukum yang meliputi isu perempuan, penyintas dari Korea Utara, penculikan anak, hingga problem lingkungan hidup yang melibatkan perebutan tanah antara warga lokal versus pengembang.
Isu yang diunggah pun relevan dan menyimpan kritik serta pesan penting bagi keberlangsungan kehidupan. Misalnya pada episode 9, drama ini mengangkat kasus penculikan anak yang ternyata merupakan upaya untuk membebaskan anak-anak dari beban pendidikan yang tak masuk akal di Korea Selatan.
Beban itu membuat anak-anak tak punya hak untuk bermain. Sang penculik mengatakan, ia hanya ingin anak-anak menikmati masa kecilnya. Segera bahagia, segera bermain, dan segera sehat, karena masa-masa bebas bermain itu tak akan mereka dapatkan ketika nanti melanjutkan kuliah, hingga menikah.
Seolah, ia ingin menggugat para orangtua agar memberikan anak haknya untuk tumbuh seiring dengan usia. Karena, masa kecil kurang bahagia bukan sekadar kalimat kiasan atau candaan.
Secara keseluruhan, drama ini berangkat dari premis yang menarik, diselipi humor, dengan penulisan naskah yang tak buruk. Meski di beberapa tempat terasa klise atau bahkan anti-klimaks, namun masih menjadi drama yang menarik untuk ditonton, khususnya bagi kamu yang penasaran seperti apa eksekusi Young-Woo terhadap kasus yang ia hadapi.
Romansa bagi penyandang autisme
Tak lepas dari unsur romansa, drama ini juga menampilkan kisah cinta yang bikin jagat maya deg-deg-ser. Relasi romantis itu terjalin antara Young-Woo dan rekan kerjanya, Lee Jun-Ho (Kang Tae-Oh).
Tapi, bagaimana penyandang autisme mencintai? Mengingat, sebagian mereka lebih fokus pada diri sendiri dan cenderung kesulitan menunjukkan empati. Pertanyaan itu juga dinarasikan secara menarik lewat refleksi Young-Woo dalam beberapa episodenya.
Kamu masih bisa menyaksikan drama ini di Netflix.